Susah Payah Jadi Badut Ngamen buat Beli Motor, Sang Anak Malah Menggadaikannya

Reporter : M. A. Adam Ramadhan
Selasa, 18 Februari 2020 15:00
Susah Payah Jadi Badut Ngamen buat Beli Motor, Sang Anak Malah Menggadaikannya
Namanya Pak Bolot. Sebagai seorang anak, tidakkah memiliki hati nurani untuk sang Ayah?

Hidup memang pahit. Kita dituntut untuk berjuang untuk melanjutkan hidup. Nggak jarang juga dalam hidup, pengkhiatanan terjadi. Bahkan, oleh orang-orang terdekat sekalipun.

Kejadian menyedihkan ini dialami oleh Pak Bolot, terkenal sebagai badut mampang di kawasan Kranggan, Jatisampurna, Bekasi. Diposting oleh akun Instagram @duniapunyacerita, warganet pun turut prihatin.

Gimana nggak. Pak Bolot ini dikhianati oleh anak sendiri.

1 dari 3 halaman

Hanya sebagai seorang badut pengamen

      View this post on Instagram      

A post shared by UPDATE BERITA APA SAJA ???? (@duniapunyacerita) on

Diceritakan pada caption tersebut, Pak Bolot menjalani hidup seorang diri, di Duren Sawit, Jakarta Timur, walau sebelumnya ia sudah empat kali menikah.

Namun dari empat kali menikah tersebut, Pak Bolot hanya punya mempunyai seorang anak, namanya Muniti. Anaknya tinggal di Kecamatan Makasar, Jakarta timur. Sudah punya anak empat pula.

Keseharian Pak Bolot dalam menjalani hidup hanyalah mengamen dengan mengenakan kostum badut di lampu merah. Sebelumnya ia pernah membuka usaha makanan, tapi sayangnya bangkrut. Pernah juga sebagai pedagang minuman biasa, bahkan sampai menjadi pemulung.

2 dari 3 halaman

Nabung beli motor, malah digadaikan anaknya

Walau dari pekerjaannya itu nggak seberapa penghasilannya, Pak Bolot rajin menabung. Suatu ketika, dia ingin membeli motor.

Pak Bolot pun akhirnya memutuskan kredit motor. Tapi karena KTP-nya hilang, Pak bolot meminjam memakai nama menantunya.

Tapi, setelah motor sudah dikredit, Muniti dan sang suami mempermasalahkan hal tersebut.

" Ini motor pakai nama suami saya, berarti ini motor berhak saya pakai." Pak Bolot menirukan apa yang Muniti katakan.

Padahal, Pak Bolot menjelaskan, motor tersebut dipakai untuk kesehariannya membadut.

Jadi selama 6 bulan, Pak Bolot membadut dengan menggunakan angkot. Selama itu pula, motor sudah dibawa oleh sang anak dan suaminya.

Ketika Pak Bolot suatu hari menanyakan di mana motornya, ternyata sudah digadaikan.

" Hati saya sakit rasanya. Punya anak satu tapi kurang ajar ke saya," ucap Pak Bolot sambil menangis sesenggukan.

3 dari 3 halaman

Sungguh miris ya cerita dari Pak Bolot. Punya anak satu tapi kurang ajar. Kamu jangan sampai meniru anak Pak Bolot ya. Ambil hikmahnya. Jadilah anak yang berbakti kepada orang tua.

Beri Komentar