Potret Lilie Wijayanti Dan Elsa Laksono | Foto: Instagram/@explorewithelsa
Kisah persahabatan antara Lilie Wijayanti dan Elsa Laksono bukan sekadar tentang dua pendaki yang mencintai alam. Mereka adalah sahabat lama yang pertama kali bertemu saat duduk di bangku SMP di Malang.
Keduanya tumbuh dengan semangat yang sama, menyukai tantangan dan rasa penasaran terhadap dunia luar. Setelah sama-sama menempuh pendidikan di SMAK St. Albertus Malang, atau yang akrab disebut SMA Dempo, minat mereka pada kegiatan alam bebas mulai tumbuh.
Saat remaja, Lilie dan Elsa pertama kali mencoba mendaki Gunung Bromo. Dari pengalaman itu, keduanya menemukan kebahagiaan tersendiri di alam bebas. Meski perjalanan hidup membawa mereka ke arah yang berbeda, benih persahabatan yang sempat terputus itu tidak pernah benar-benar hilang.
Setelah lulus SMA, Lilie melanjutkan kuliah di Bandung dan meniti karier di dunia fashion, sementara Elsa berkuliah di Jakarta dan menjadi dokter gigi. Jarak membuat komunikasi mereka terhenti selama bertahun-tahun.
Namun, ketika media sosial mulai marak, keduanya kembali berjumpa secara daring, seolah waktu tak pernah berlalu.
Pertemuan kembali itu menjadi titik balik. Mereka menemukan lagi hobi lama yang dulu tertinggal, yaitu mendaki gunung. Saat ulang tahun Elsa ke-50, ia meminta satu hadiah, yakni mendaki Gunung Semeru. Meski pendakian itu gagal mencapai puncak karena cuaca, momen tersebut menjadi awal dari banyak petualangan berikutnya.
Setelah pendakian Semeru, Lilie dan Elsa membentuk komunitas kecil bernama Kura-Kura Gunung, tempat mereka dan para sahabat lain berbagi kecintaan terhadap alam. Nama itu dipilih karena menggambarkan filosofi mereka, yaitu mendaki tanpa tergesa, menikmati setiap langkah, dan tak pernah menyerah meski perjalanan berat.
Dari situ, mereka mulai menaklukkan berbagai puncak di dalam dan luar negeri. Gunung Merbabu, Rinjani, Latimojong, Kerinci, hingga Pegunungan Himalaya pernah mereka jajaki bersama.
Lilie kerap mengunggah perjalanan mereka di akun Instagram @mamakpendaki, sementara Elsa dengan nama @explorewithelsa membagikan momen serupa.
Di salah satu unggahan, Lilie menulis bahwa alam adalah “ taman bermain” mereka, tempat mereka bisa tertawa, menari di trek pendakian, dan melupakan segala beban hidup. Dari sinilah muncul julukan “ The Hiking Queens” yang melekat pada keduanya.
Akhir Februari 2025, Lilie dan Elsa memulai pendakian ke Puncak Carstensz Pyramid di Papua, puncak tertinggi di Indonesia dengan ketinggian 4.884 mdpl. Pendakian ini bukan sekadar perjalanan biasa. Mereka membawa misi khusus, yaitu memasang plakat persahabatan untuk mengenang rekan sesama pendaki, Hanafi Tanoto, yang wafat di gunung yang sama setahun sebelumnya.
Plakat itu bertuliskan pesan penuh makna tentang pertemuan yang tak pernah benar-benar berakhir, seperti awan yang berubah menjadi hujan dan kembali lagi.
Setelah berhasil mencapai puncak dan memasang plakat, cuaca buruk tiba-tiba menghantam rombongan saat mereka turun. Hujan salju, angin kencang, dan suhu ekstrem membuat beberapa pendaki mengalami hipotermia. Lilie dan Elsa, dua sahabat yang tak terpisahkan bahkan di alam liar, akhirnya berpulang bersama di gunung yang mereka cintai.
Kabar kepergian mereka mengguncang komunitas pendaki di seluruh Indonesia. Bukan hanya karena prestasi mereka yang luar biasa—Lilie bahkan tercatat sebagai salah satu pendaki perempuan tertua yang menaklukkan tujuh puncak tertinggi Indonesia—tetapi karena kisah persahabatan mereka yang begitu tulus dan konsisten selama lebih dari empat dekade.
Lilie dikenal sebagai sosok kuat dan penuh semangat. Ia adalah perancang busana yang tetap aktif naik gunung di usia hampir 60 tahun.
Elsa dikenal lembut dan ceria, seorang dokter gigi yang selalu membawa keceriaan di setiap pendakian. Bersama, mereka menjadi simbol persahabatan yang tumbuh di atas semangat petualangan dan cinta terhadap alam.
Bagi banyak orang, kisah Lilie dan Elsa bukan sekadar tragedi pendakian, tapi cerita tentang cinta, keberanian, dan kesetiaan yang melampaui waktu. Mereka menutup perjalanan hidup di tempat yang mereka sebut “ kerajaan mereka”, yaitu di puncak gunung. Hingga kini, unggahan terakhir di akun mereka dipenuhi doa dan pesan haru dari sesama pendaki dan sahabat lama.
7 Trik Styling Rambut Biar Bentuk Wajah Kelihatan Lebih Proporsional
Janice Tjen Sabet Gelar WTA 125 Pertama dan Tembus 80 Besar Dunia
Kisah Raeni, Anak Tukang Becak yang Kini Bergelar Doktor di Inggris
Kisah Aishah Prastowo, Doktor Oxford yang Pilih Jadi Guru di Sleman
Kris Dayanti Bawa Pulang Perak dari World Kungfu Championship

Kris Dayanti Bawa Pulang Perak dari World Kungfu Championship

Kylie Jenner Debut Jadi Penyanyi, Rilis Lagu “Fourth Strike” Bareng Terror Jr

Bella Hadid Kembali ke Runway Setelah Pulih dari Lyme Disease

Setelah Vakum dan Jadi Ibu, Mahalini Siap Kembali dengan Album “Koma”

Amanda Manopo Resmi Menikah dengan Kenny Austin, Momen Haru Kursi Kosong untuk Sang Ibu Jadi Sorotan