Penulis Kontroversial, Elizabeth Wurtzel Tutup Usia

Reporter : Jossi Andriani Taswir
Kamis, 9 Januari 2020 15:39
Penulis Kontroversial, Elizabeth Wurtzel Tutup Usia
Setelah bertahun-tahun melawan kanker, Elizabeth Wurtzel meninggal dunia.

Elizabeth Wurtzel, seorang penulis kontroversial dengan karyanya "Prozac Nation" pada tahun 1994 yang mengangkat pembicaraan tentang depresi telah meninggal dunia pada usia 52 tahun.

Dilansir dari cnn.com (07/01), Elizabeth Wurtzel meninggal dunia di Kota New York setelah bertarung dengan kanker payudara yang sudah menyebar ke otaknya, jelas suaminya, Jim Freed.

Elizabeth dikenal sangat tegar selama menghadapi penyakitnya. Tahun lalu, ia mengatakan "maaf" tentang penyakitnya dan mengatakan "semua orang bisa membenci kanker. Aku tidak" setelah itu, ia melanjutkan kalimatnya "Saya suka orang yang menderita kanker dan karena kanker saya berevolusi"

1 dari 1 halaman

Tentang Elizabeth Wurtzel

Melalui karyanya yang menimbulkan sensai berjudul Prozac Nation pada usia 27 tahun, Elizabeth dikenal Dunia. buku tersebut merupakan jendela untuk orang-orang terjun ke dunia deperesi tersembunyi yang berhubungan dengan wanita muda serta orang lain di seluruh Negri. Selain itu buku tersebut juga mengandung kecaman karena sifatnya yang reflektif terhadap diri sendiri.

Namun, Wurtzel membahas Prozac pada bukunya yaitu merupakan obat yang baru dan disetujui oleh FDA pada tahun 1988, Yang berhubungan dengan standar tentang antidepresan dan kesehatan mental.

Selain Prozac Nation yang sensasional, Elizabeth juga menerbitkan beerapa buku lain, salah satunya " Bitch: In Praise of Difficult Women" pada tahun 1998. Buku ini berisikan kumpulan essai feminis. Tak lama setelah itu, Elizabet menjadi penasehat untuk pengujian gen BRCA (tes genetik kanker payudara), yang dapat mengidentifikasi mutasi gen yang bisa menyebabkan orang terkena kanker payudara, dan mengetahui terkena kanker payudara setelah menjalani ini.

Banyak penulis dari seluruh dunia penulisan berduka atas kematiannya. " Mustahil untuk menyampaikan dampak dari Elizabet Wurtzeldi tahun 90-an" tulis penulis dan jurnalis Erin Blakemore dalam tweet.

Beri Komentar