Jangan Sampai Ketukar Perbedaan Antara Workaholic dan Pegawai Teladan! Kamu Termasuk yang Mana?

Reporter : Mila
Senin, 4 Mei 2020 13:57
Jangan Sampai Ketukar Perbedaan Antara Workaholic dan Pegawai Teladan! Kamu Termasuk yang Mana?
Apa saja sih bedanya?

Selama ini banyak yang mengira bahwa workaholic sama dengan pegawai teladan. Biasanya jenis orang yang seperti ini bakal datang paling awal dan pulang paling akhir.

Niat hati menjadi pegawai teladan, kebiasaaan ini malah bikin kerjaanmu makin keteteran dan performa kerja menurun. Ga mau kan?

Oleh karena itu, melansir Business Insider, kita kasih perbedaan antara workaholic dan pegawai teladan biar kamu ga ketukar lagi.

1 dari 4 halaman

Nggak Pernah Puas

Workaholic vs Pegawai Teladan © Diadona

Karyawan teladan punya goals untuk dirinya sendiri tentang arti sebuah kesuksesan, sementara workaholic bekerja terlalu fokus, sampai-sampai ga pernah merasa puas.

“ Mereka selalu fokus untuk bagaimana cara untuk memaksimalkan sesuatu. Mereka tak tahu apa arti sukses,” kata Gordon, penulis LinkedIn.

2 dari 4 halaman

Butuh Validasi

Workaholic vs Pegawai Teladan © Diadona

Seorang workaholic biasanya bekerja agar di-notice oleh atasan dengan harapan mendapat validasi atau pengakuan bahwa dia memang pekerja keras. Beda halnya dengan pegawai teladan yang bekerja dengan tujuan meningkatkan skill dan kemampuannya.

3 dari 4 halaman

Sibuk Belaka

Workaholic vs Pegawai Teladan © Diadona

Bekerja memang sudah selayaknya ya sibuk. Tapi, Pegawai teladan proaktif terhadap pekerjaannya dan benar-benar fokus mengawal tugas yang penting.

Sedangkan workaholic mengisi waktunya dengan kesibukan. Alhasil meereka ga perduli atas apa yang merasa kerjakan, asal sibuk saja pokoknya.

4 dari 4 halaman

Kurang Memprioritaskan Waktu

Workaholic vs Pegawai Teladan © Diadona

Karena asal sibuk, workaholic biasanya sulit membedakan mana pekerjaan prioritas dan tidak. Akibatnya si workaholic sering keteteran. Sedangkan karyawan teladan paham betul mana pekerjaan prioritas dan yang bisa dikerjakan nanti.

Ternyata, jadi workaholic itu bukan berarti juga jadi pegawai teladan. Boleh saja bekerja keras, asal masih masuk akal ya! 

Beri Komentar