Bukan Sekadar Gaya, Ini Cerita Cut Syifa yang Jatuh Cinta pada Olahraga Berkuda
Potret Cut Syifa Saat Berkuda | Foto: Instagram/@cutsyifaa
Reporter : Abidah Ardelia
Minat Syifa terhadap berkuda tumbuh dari dua hal yang saling melengkapi, yaitu rasa sayangnya pada hewan Rasulullah, dan kebutuhan untuk mencari ketenangan.
Cut Syifa kini punya cara unik untuk menjaga keseimbangan antara karier dan waktu pribadi: berkuda. Di tengah jadwal syuting yang padat, ia menemukan kedamaian sekaligus tantangan baru lewat aktivitas yang dulu hanya dicobanya untuk iseng. Tak disangka, dari sekadar coba-coba, kini ia benar-benar jatuh cinta pada dunia equestrian.
Selama lebih dari setahun terakhir, Syifa rutin berlatih dan mengikuti berbagai kelas hingga berani tampil di sejumlah kompetisi. Salah satunya Piala Presiden yang digelar bertepatan dengan momen kemerdekaan Indonesia. Bagi Syifa, sensasi memegang kendali di atas tunggangan sambil menjaga ritme gerak menjadi pengalaman yang memacu adrenalin sekaligus bikin nagih.
Awal Ketertarikan dan Rasa Nyaman di Saddle
Minat Syifa terhadap berkuda tumbuh dari dua hal yang saling melengkapi, yaitu rasa sayangnya pada hewan karena kuda merupakan kesayangan Rasulullah, dan kebutuhan untuk mencari ketenangan di tengah kesibukan. Saat mulai belajar dasar-dasarnya, ia langsung sadar bahwa olahraga ini jauh dari sekadar gaya. Ada komunikasi yang harus terjalin antara penunggang dan kuda, sebuah proses saling memahami yang membuat setiap sesi latihan terasa bermakna.
Semakin sering ia duduk di saddle, semakin besar pula rasa nyaman dan keinginannya untuk berkembang. Ia mulai rutin menjadwalkan latihan tiap pekan, menambah jam terbang, dan memperbaiki detail kecil agar performanya semakin stabil di arena.
Rutinitas Latihan yang Terukur
Latihan bagi Syifa bukan sekadar hobi spontan, tapi bagian dari rutinitas terukur. Ia menyeimbangkan antara latihan fisik dan pemahaman teknik. Mulai dari mengatur kecepatan, menjaga garis lintasan, hingga melatih kontrol tubuh saat melompat rintangan.
Perlengkapan keselamatan seperti pelindung badan, helm, dan sepatu riding selalu ia kenakan. Syifa juga pernah mengalami jatuh saat latihan dan kompetisi, tapi berkat perlengkapan lengkap, ia hanya mengalami keseleo ringan dan cepat kembali berlatih. Pengalaman itu justru membuatnya lebih sensitif terhadap posisi tubuh dan respons kuda, hingga gerakannya kini jauh lebih efisien.
Ikatan dengan Kuda Tunggangan
Seiring waktu, Syifa makin akrab dengan kuda andalannya. Karakternya cocok—tenang saat latihan, tapi bertenaga di kompetisi. Kecocokan ini tidak datang begitu saja. Ia mempelajari kebiasaan kudanya, mulai dari cara berjalan hingga reaksi terhadap sentuhan betis dan tarikan tali kendali.
Ketika kepercayaan dua arah itu terbentuk, Syifa bisa menjaga ritme tanpa memaksa. Hasilnya terlihat di arena, gerak lebih mulus, tempo stabil, dan lompatan lebih presisi. Hubungan penunggang dan tunggangan yang harmonis menjadi rahasia utama di balik penampilan apiknya.
Dari Latihan ke Kompetisi
Setelah cukup percaya diri di arena latihan, Syifa mulai mengikuti berbagai kejuaraan. Pengalaman tampil di ajang kompetisi membuatnya belajar banyak. Ia harus menghadapi tekanan penonton, waktu pemanasan yang terbatas, hingga rintangan yang dirancang lebih menantang.
Saat tampil di Piala Presiden, Syifa mencuri perhatian lewat penampilan rapi dan percaya diri. Meski hasilnya belum sempurna, ia melihatnya sebagai bahan evaluasi dengan memperbaiki garis lintasan, menjaga kecepatan di tiap segmen, dan mengatur napas kuda agar tetap bertenaga hingga akhir rute.
Dampak pada Keseharian dan Karier
Menariknya, hobi ini berdampak positif pada karier Syifa. Ia mengaku jadi lebih fokus, disiplin, dan tenang dalam mengatur energi di lokasi syuting. Berkuda mengajarkannya manajemen waktu yang baik dengan membedakan hari untuk latihan, istirahat, dan kerja teknik.
Pola ini terbawa ke dunia kerja. Syifa terbiasa memecah tugas besar menjadi langkah-langkah kecil yang terukur. Saat ada waktu luang, ia sering kembali ke stable untuk membersihkan perlengkapan dan memastikan kudanya dalam kondisi prima.
Rencana ke Depan
Syifa belum ingin berhenti. Ia ingin menambah jam terbang lewat lebih banyak kompetisi dan memperkuat konsistensi performa dari awal hingga akhir lintasan. Latihan kekuatan inti tubuh dan kelenturan juga terus ia tingkatkan agar kontrol saat mendarat makin halus.
Selain itu, ia terus memperkuat hubungan dengan kuda andalannya. Bagi Syifa, di dunia berkuda, kepercayaan adalah kunci utama. Semakin dalam komunikasi antara penunggang dan tunggangan, semakin besar pula peluang untuk tampil gemilang di setiap arena.