Mengenal Obrog, Tradisi Unik Bangunkan Sahur Ala Warga Pantura Cirebon

Reporter : Anif Fathul Amin
Jumat, 23 April 2021 18:03

Nggak cuman sekedar buat rame-rame aja, Obrog juga ternyata menyimpan nilai-nilai kemasyarakatan lho!

Untuk membangunkan sahur di wilayah Pantura Cirebon ada tradisi unik. Tradisi ini hanya bisa ditemui saat bulan Ramadan, yaitu tradisi Obrog.

Tradisi yang biasanya berlangsung dimulai pukul 02.00 hingga pukul 03.30 WIB ini, dilakukan dengan cara berkeliling kampung. Tak hanya itu, warga juga memukul tetabuhan sederhana untuk membangunkan warga sahur.

Obrog sendiri banyak dilakukan oleh masyarakat Pantura. Selain Cirebon yang kerap melakukan tradisi unik tersebut adalah Indramayu dan Majalengka.

1 dari 4 halaman

Alat yang Digunakan

Tradisi Membangunkan Sahur Obrog © Diadona

Dilansir dari Aboutcirebon.id, berdasarkan sejarah, biasanya tradisi obrog akan menggunakan alat tetabuhan tradisional. Seperti, bambu, botol beling, saron, goong serta alat musik mirip gendang yang terbuat dari pipa dan karet ban bekas bernama ketipung.

Namun seiring berkembangnya zaman tradisi tersebut bertransformasi dengan menambahkan alat musik modern seperti, gitar elektrik dan instrumen modern lainnya. Bahkan di beberapa tempat terdapat instrumen tambahan berupa keyboard dan organ sebagai unsur melodi.

2 dari 4 halaman

Transformasi Kesenian Tarling

Tradisi Membangunkan Sahur Obrog © Diadona

Selain itu, di wilayah Kabupaten Cirebon hingga memasuki wilayah perbatasan Indramayu (sepanjang Jalan Raya Palimanan hingga Indramayu) tradisi membangunkan sahur ini sudah membaur dengan tradisi Tarling Cirebonan.

Dengan menggunakan seperangkat speaker, mesin diesel sebagai sumber tenaga, alat musik modern hingga penyanyi (baik penyanyi tarling tradisional maupun dandut pantura) biasanya akan larut dalam harmoni. Umumnya mereka memainkan lagu-lagu dangdut pantura serta beberapa masih memainkan tarling tradisional.

3 dari 4 halaman

Sebagai Media Budaya dan Silaturahmi

Tradisi Membangunkan Sahur Obrog © Diadona

Dilansir dari Liputan6.com yang mebgutip jurnal UIN Sunan Gunung Djati Bandung, dengan judul “ Nilai-Nilai Agama dalam Tradisi Obrog: Studi di Desa Kedungsana Kecamatan Plumbon Kabupaten Cirebon”. Dalam tradisi obrog terdapat nilai-nilai kebudayaan, kegotong royongan dan nilai dakwah.

Dalam jurnal tersebut disebutkan bahwa nilai kebudayaan bisa dilihat dari pilihan lagu, instrument dan elemen pendukung seperti aksesoris kebudayaan yang dipakai, seperti ikat kepala dan musik tarling tradisional.

4 dari 4 halaman

Untuk nilai kegotong-royongan tercermin dari peran aktif masyarakat. Umumnya, warga akan bergantian dan sukarela mengikuti obrog setiap harinya selama Ramadan.

Selain itu, terdapat juga nilai religius dalam tradisi obrog. Seperti yang terjadi di Desa Kedungsana, Kecamatan Plumbon, Kabupaten Cirebon. Wargan menyebut membangunkan orang secara ikhlas, memancing orang untuk bersedekah, berupa bantuan sahur untuk dibagikan.

Kalau di daerah kalian, tradisi membangunkan sahur ini namanya apa? Apa masih ada hingga sekarang? Coba tulis di kolom komentar ya!