Fastfood Dapat Memperlambat Metabolisme Tubuh? Ini Penjelasannya

Reporter : Mutia Wella Lukitasari
Selasa, 31 Desember 2019 14:54
Fastfood Dapat Memperlambat Metabolisme Tubuh? Ini Penjelasannya
Meskipun enak dan murah, namun fast food ternyata memperlambat proses metabolisme tubuhmu.

Metabolisme tubuh mengacu pada semua reaksi kimia yang terjadi di dalam tubuh. Memiliki metabolisme yang cepat berarti tubuh bekerja membakar lebih banyak kalori. Di sisi lain, memiliki metabolisme yang lambat berarti tubuh membakar lebih sedikit kalori, sehingga membuat tubuh lebih sulit untuk mempertahankan atau menurunkan berat badan.

Beberapa makanan dapat meningkatkan metabolisme tubuh. Tapi bagaimana dengan fastfood yang dapat dengan mudah dan cepat untuk di konsumsi?
Dilansir dari healthline (21/03) fast food merupakan makanan yang umumnya tinggi kalori, karbohidrat olahan, dan lemak tidak sehat namun rendah nutrisi dan tinggi kalori. Meskipun makanan fast food dijual dengan harga yang terjangkau, mengkonsusmsi fast food terlalu sering dapat berpengaruh pada beberapa orang dengan menyebabkan perilaku adiktif.

Makanan yang dimetabolisme membutuhkan energi, yang disebut sebagai efek termal dari makanan. Makanan olahan siap saji membutuhkan lebih sedikit energi dari tubuh untuk dicerna karena tinggi dalam bahan olahan. Hal ini disebut sebagai efek termal makanan (TEF), dan biasanya menyumbang sekitar 10% dari pengeluaran energi harian.

Penelitian menunjukkan jika mereka yang mengonsumsi roti isi gandum dengan keju cheddar membakar kalori dua kali lebih banyak untuk mencerna dan memetabolisme makanan dibandingkan mereka yang makan roti lapis yang terbuat dari biji-bijian olahan dan keju olahan.

Hasil pada penelitian ini menunjukkan bahwa makanan siap saji membutuhkan lebih sedikit energi untuk dicerna dan dimetabolisme daripada makanan lainnya. Hal ini menyebabkan lebih sedikit kalori yang terbakar sepanjang hari, membuat penurunan berat badan dan pemeliharaan menjadi lebih sulit.

Selain itu mengkonsumsi banyak fast food telah dikaitkan dengan peningkatan risiko resistensi insulin, suatu kondisi yang ditandai dengan tingginya kadar gula darah.

Hal ini terutama disebabkan oleh tingginya fruktosa, gula sederhana yang dimetabolisme oleh hati. Ketika mengonsumsi banyak fruktosa, hati mungkin menjadi kelebihan dan mengubahnya menjadi lemak. Pemanis berbasis gula seperti gula sukrosa dan sirup jagung fruktosa tinggi adalah sekitar 50% fruktosa dan umumnya ditemukan dalam minuman manis.

Jadi, mengkonsumsi junk food dalam jumlah besar memiliki konsekuensi metabolisme. Bahkan, hal ini dapat meningkatkan risiko resistensi insulin dan mengurangi jumlah kalori yang tubuhmu bakar setiap hari.

Jika ingin meningkatkan metabolisme, cobalah memasukkan lebih banyak makanan berprotein tinggi, mulai mlakukan beberapa olahraga, dan tidur sesuai dengan kebutuhan.

Beri Komentar