Sosok Rama Duwaji, Seniman Gen Z Beragama Islam yang Jadi Calon First Lady New York

D Stories | Kamis, 6 November 2025 12:14

Reporter : Abidah Ardelia

Meskipun tidak tampil di depan publik sesering suaminya, banyak pihak percaya Rama turut memberi sentuhan visual pada kampanye Mamdani.

Begitu hasil pemilihan wali kota New York diumumkan dan nama Zohran Mamdani keluar sebagai pemenang, sejarah baru pun tercipta. Ia menjadi wali kota Muslim pertama dalam sejarah kota tersebut, sebuah pencapaian yang disambut hangat oleh publik.

Advertisement

Namun, di tengah sorak kemenangan itu, perhatian tak hanya tertuju pada Mamdani, tetapi juga pada sosok perempuan yang berdiri di sisinya. Ia adalah Rama Duwaji, seniman muda Muslim keturunan Suriah yang kini jadi perbincangan hangat.

Tampil sederhana dengan aura kalem, Rama tampak memeluk momen kemenangan itu dengan senyum tenang. Di atas panggung, Mamdani sempat melontarkan kalimat manis untuk istrinya yang membuat suasana malam itu makin hangat.

“And to my incredible wife, Rama, hayati” ucapnya yang disambut riuh tepuk tangan. Ia menambahkan, “There is no one I would rather have by my side in this moment, and in every moment.”

2 dari 4 halaman

Latar Belakang dan Perjalanan Seni Rama

Rama Duwaji lahir di Houston, Texas, dari keluarga berdarah Suriah. Saat berusia sembilan tahun, keluarganya pindah ke Dubai, tempat ia menghabiskan masa remajanya. Sebagai bagian dari generasi Gen Z yang tumbuh di tengah percakapan global tentang identitas dan keadilan sosial, Rama membawa pandangan yang segar dalam berkarya.

Perjalanannya di dunia seni dimulai di Virginia Commonwealth University School of the Arts di Qatar, sebelum kemudian ia pindah ke kampus utama di Richmond, Virginia, untuk menyelesaikan studinya.

Setelah itu, ia melanjutkan pendidikan magister di School of Visual Arts New York dengan fokus pada program Illustration as Visual Essay. Kini, Rama menetap di Brooklyn dan menekuni karier sebagai ilustrator serta animator.

Gaya karyanya khas dan puitis, banyak bermain dengan palet hitam putih yang terasa kontemplatif. Ia sering mengangkat tema kemanusiaan, solidaritas lintas budaya, dan keberanian untuk menyuarakan yang tertindas.

Isu Palestina menjadi salah satu fokus yang konsisten hadir dalam karyanya. Rama menggunakan visual minimalis namun sarat makna untuk menyoroti perjuangan rakyat sipil dan narasi kemanusiaan di wilayah konflik.

Karya-karyanya telah dimuat di media besar seperti The New Yorker, The Washington Post, dan BBC. Ia juga sempat berkolaborasi dengan berbagai institusi seni serta brand teknologi ternama. Selain berkarya digital, Rama menyalurkan kreativitasnya lewat keramik buatan tangan yang menonjolkan detail lembut dan ekspresif.

3 dari 4 halaman

Awal Kisah Cinta dengan Zohran Mamdani

Kisah cinta mereka berawal dari aplikasi kencan Hinge. Dari percakapan ringan, hubungan keduanya berkembang jadi lebih serius.

Pada Oktober 2024, Mamdani mengunggah foto dengan emoji cincin sebagai tanda pertunangan mereka. Beberapa bulan kemudian, pasangan ini melangsungkan pernikahan sipil yang sederhana di City Clerk’s Office.

Dalam unggahan media sosialnya pada Mei lalu, Mamdani menulis kalimat yang membuat banyak orang tersenyum, “Three months ago, I married the love of my life, Rama, at the City Clerk’s office.” Ia menambahkan bahwa istrinya bukan hanya pasangan hidup, tapi juga seniman luar biasa yang layak dikenal atas karyanya sendiri.

Foto-foto pernikahan mereka sempat jadi viral. Dengan gaun sederhana dan sepatu boots, keduanya berjalan di bawah hujan tipis menuju City Hall. Setelah kemenangan pemilu, momen serupa kembali terjadi ketika Rama memeluk suaminya di bawah panggung. Potret itu menyebar cepat dan membuat banyak orang terbawa suasana haru.

4 dari 4 halaman

Peran Rama dalam Kampanye Politik

Meskipun tidak tampil di depan publik sesering suaminya, banyak pihak percaya Rama turut memberi sentuhan visual pada kampanye Mamdani. Identitas visual yang digunakan terasa artistik dan membumi, menggambarkan keseharian warga New York. Dari pilihan warna hingga tipografi, gaya kampanye itu mencerminkan cita rasa seni yang hangat dan inklusif.

Di media sosial, Rama jarang berbicara, namun setiap unggahannya terasa tulus. Salah satu postingannya yang paling disukai adalah ketika ia menulis singkat, “couldn’t possibly be prouder.” Kalimat sederhana itu menunjukkan dukungannya tanpa perlu banyak kata.

Ketika komentar negatif di media sosial muncul, Mamdani sempat menegaskan bahwa kritik seharusnya ditujukan pada ide, bukan keluarga. Sikap itu sejalan dengan cara Rama menjaga privasinya namun tetap aktif memperjuangkan nilai kemanusiaan lewat karya.

Bagi Rama, seni bukan hanya medium ekspresi tetapi juga cara membangun empati. Ia sering menggambarkan pengalaman perempuan Timur Tengah dan dinamika diaspora yang penuh tantangan.

Dalam beberapa kesempatan, Rama berbagi pandangan tentang bagaimana karya bisa tumbuh dari percakapan dan hubungan antar manusia. Ia percaya bahwa seni mampu menjadi jembatan untuk memahami, bukan sekadar hiburan visual.

Join Diadona.id