Sondos Jehad Shnewra, Mahasiswi Palestina yang Lulus Cumlaude dari UM Surabaya di Tengah Genosida Israel
Sosok Sondos Jehad Shnewra Saat Wisuda S2 | Foto: Dok. UM Surabaya
Reporter : Abidah Ardelia
Saat ia berjuang menyelesaikan tugas akhir di Surabaya, keluarga yang tinggal di Gaza harus menghadapi perang dan keterbatasan.
Di saat gambar kehancuran di Gaza terus berseliweran di linimasa, ada satu kabar yang terasa seperti oase. Sondos Jehad Shnewra, mahasiswi asal Gaza, resmi lulus magister dengan predikat cumlaude dari Universitas Muhammadiyah Surabaya. Di tengah genosida yang dilakukan Israel terhadap rakyat Palestina, ia justru menyelesaikan studinya dengan hasil yang nyaris sempurna.
Kedatangannya ke Indonesia bukan hal yang mudah. Ia datang melalui program beasiswa Lazismu Jawa Timur, yang membuka kesempatan bagi mahasiswa Palestina untuk menempuh pendidikan di tanah air.
Baginya, Indonesia bukan hanya tempat belajar, tetapi juga ruang aman yang memberinya harapan baru. “Saya merasa sangat terhormat dan bersyukur. Kampus ini bukan hanya tempat belajar, tetapi juga rumah kedua bagi saya, tempat saya menemukan keluarga, persahabatan lintas bangsa, serta nilai-nilai kemanusiaan dan Islam yang hidup dalam keseharian,” ujar Sondos dalam sambutan wisudanya.
Perjuangan di Antara Doa dan Keteguhan
Dua tahun terakhir menjadi babak berat dalam perjalanan akademiknya. Saat ia berjuang menyelesaikan tugas akhir di Surabaya, keluarga yang tinggal di Gaza harus menghadapi perang dan keterbatasan.
Setiap hari, Sondos hidup dengan rasa khawatir akan keselamatan orang-orang yang dicintainya. Namun, ia tak pernah berhenti menulis, meneliti, dan berdoa.
“Saya mohon doa untuk keluarga saya yang sekarang masih berada di Palestina. Saya bersyukur Allah memberikan sahabat-sahabat yang baik yang selalu mendoakan saya,” katanya dengan mata berkaca-kaca di hadapan ratusan wisudawan.
Dukungan dari teman-teman dan para dosen menjadi sumber semangat baginya untuk tetap melangkah meski penuh kesedihan.
Beasiswa yang Menjadi Simbol Harapan
Dalam sambutannya, Sondos menyampaikan rasa terima kasih kepada Universitas Muhammadiyah Surabaya dan Lazismu Jawa Timur. Ia menilai kesempatan beasiswa yang diterimanya bukan sekadar bantuan pendidikan, melainkan juga wujud nyata solidaritas Indonesia terhadap perjuangan rakyat Palestina.
“Beasiswa yang saya terima bukan hanya tentang pendidikan, tetapi juga tentang harapan dan persaudaraan antar bangsa,” tuturnya dengan suara bergetar.
Ia berharap setelah lulus, bisa menjalani kehidupan yang lebih damai dan bermanfaat. “Saya ingin membuat nama baik di Indonesia sebagai orang Palestina yang pernah mendapat kesempatan besar dari bangsa ini,” katanya penuh harap.
Momen Wisuda yang Penuh Kehangatan
Di akhir sambutannya, Sondos menutup pidato dengan senyum dan sedikit canda yang membuat seluruh ruangan tertawa. “Pak Rektor, apakah saya juga akan diberikan beasiswa S3? Hehe… atau mungkin ada rekomendasi jodoh untuk saya?”
Ucapan itu disambut tawa dan tepuk tangan para hadirin. Rektor Universitas Muhammadiyah Surabaya pun menimpali, “Begini Sondos, kalau soal beasiswa S3, insyaAllah kita doakan ada jalan terbaik. Tapi kalau soal jodoh, nanti kita bentuk tim khusus Tim Jodoh Palestina-Indonesia UMSurabaya! Siapa tahu, lewat wisuda ini ada yang tergerak hatinya, ya kan? Kalau sampai dapat jodoh di Indonesia, berarti hubungan Palestina-Indonesia makin kuat bukan hanya secara diplomatik, tapi juga romantik.”
Candaan itu menutup acara dengan hangat, menandai momen bahagia di tengah berita duka dari tanah kelahirannya.