Elegan dan Berani, Dian Sastro Tampil di TIFF 2025 dengan Sentuhan Pin One Piece
Dian Sastro Pakai Pin One Piece Di TIFF 2025 | Foto: Instagram/@therealdisastr
Reporter : Abidah Ardelia
Dian Sastro curi perhatian di TIFF 2025 dengan pin One Piece yang kini jadi simbol tren sekaligus perlawanan.
Dian Sastrowardoyo lagi lagi jadi pusat perhatian. Bukan cuma karena hadir di Toronto International Film Festival 2025 untuk world premiere The Fox King, tetapi juga karena pilihan aksesori yang bikin publik heboh.
Di tengah gemerlap karpet merah yang penuh kilau dan detail mewah, Dian justru menyelipkan sentuhan pop culture yang personal. Sebuah pin kecil bergambar tengkorak bertopi jerami menempel manis di dada jaket hitamnya.
Ya, pin One Piece yang lagi sering jadi bahan obrolan itu ikut tampil bareng Dian di momen pentingnya di Toronto.
Penampilannya terasa rapi dan modern. Siluet serba hitam memberi kesan tegas, sementara detail jaket yang clean bikin look keseluruhan tetap elegan. Rambut ditata sleek ke belakang sehingga wajahnya terlihat segar. Make up tipis tapi on point.
Dan di antara semua elemen itu, pin kecil tadi sukses mencuri perhatian kamera. Di beberapa kesempatan Dian bahkan tampak menunjuk pin tersebut sambil tersenyum, seperti ingin bilang kalau ada cerita yang ingin ia bagikan lewat aksesori mungil itu.
Gaya Minimalis yang Punya Cerita
Keputusan memilih pin One Piece bukan sekadar pemanis. Di banyak unggahan warganet, simbol Jolly Roger kerap dimaknai sebagai isyarat solidaritas, keberanian, dan penolakan pada ketidakadilan.
Dalam isu budaya populer, bendera bajak laut Topi Jerami identik dengan tekad, kebebasan, dan loyalitas pada nilai nilai kru.
Jadi ketika pin ini muncul di karpet merah internasional, publik pun ramai membacanya sebagai statement yang hangat sekaligus berani. Tetap terlihat chic, tetap sopan untuk red carpet, tetapi jelas punya sudut pandang.
Apalagi, One Piece memang sedang happening di Indonesia. Bendera Jolly Roger sempat viral karena dikibarkan di momen HUT RI ke-80 sebagai pengganti bendera Merah Putih, hingga muncul lagi dalam aksi demo besar di depan DPR pada 25 dan 28 Agustus 2025.
Pemandangan itu membuat simbol bajak laut Topi Jerami semakin lekat dengan makna perlawanan dan solidaritas akar rumput.
Dian memadukan pesan itu dengan selera fashion yang bersih. Jaket hitam modern, aksen halus pada kerah, rok dengan potongan dinamis yang memberi efek visual yang tidak kaku.
Tidak ada yang berlebihan, namun semuanya terasa pas, terutama ketika pin One Piece di dada menjadi titik fokus. Sentuhan pop culture yang sederhana justru membuat tampilannya terasa personal.
Momen Bersejarah The Fox King
Di Toronto, Dian datang untuk memperkenalkan The Fox King bersama tim. Dalam sesi unggahan yang ia bagikan, Dian menulis kalimat yang ringkas namun penuh rasa syukur.
“Benar-benar malam yang tak terlupakan untuk World Premiere The Fox King. Dari awal naskah skenarionya hingga adegan terakhir, perjalanan ini telah dibentuk oleh semangat tak kenal lelah dari semua tim,” tulis Dian Sastrowardoyo. Kalimat itu menggambarkan betapa panjangnya proses sampai film ini akhirnya bertemu penonton festival.
Masih di rangkaian acara, ia berbagi kesan atas kesempatan tampil di ajang besar tersebut. “Saya merasa sangat terhormat dan bersyukur bisa berada di sini. Proyek ini sangat berarti bagi saya,” kata Dian dalam sebuah pernyataan pers.
Sutradara Woo Ming Jin pun menyampaikan kegembiraannya. “Merupakan sebuah kehormatan dan momen yang sangat menggembirakan untuk memutar film kami di Toronto dan memperkenalkannya kepada penonton di festival film terbesar di Amerika Utara,” ujarnya.
Produser Yulia Evina Bhara ikut menautkan semangat kolaborasi regional dan respons hangat penonton Toronto yang antusias dalam sesi tanya jawab.
Karakter Lara yang Bikin Penasaran
Sebagai Lara di The Fox King, Dian menyebut karakter ini punya sudut pandang perempuan yang unik. Ia pernah mengungkapkan rasa kagumnya pada tokoh tersebut yang berani mengambil alih narasi.
“Lara menginspirasi untuk selalu berpikir out of the box; if you don’t like the story, rewrite the story,” ucap Dian. Kalimat itu memberi gambaran tentang energi Lara yang meledak ledak dan sifatnya yang tak suka terkungkung.
Jadi, tidak heran kalau di karpet merah, Dian tampak memadukan sisi elegan dengan gestur playful saat menunjuk pin One Piece. Seolah ada benang merah antara kebebasan Lara dan simbol bajak laut Topi Jerami yang menolak dibatasi.
Reaksi Publik dan Ramai di Linimasa
Begitu foto dan video dari Toronto beredar, kolom komentar pun langsung ramai. Banyak yang memuji gaya minimalis Dian yang tetap berkarakter.
Ada yang fokus ke pin One Piece karena terlihat nyala. Ada pula yang menyorot cara Dian membawa isu pop culture agar tidak sekadar gimmick.
Penonton festival juga terlihat antusias. Dari sesi pemutaran hingga tanya jawab, tim film mendapatkan apresiasi penuh. Sentimen positif ini ikut menular ke warganet yang bangga melihat talenta Indonesia melenggang di panggung festival besar sambil menyelipkan pesan yang dekat dengan kultur populer.
Beberapa media juga menautkan pin One Piece dengan simbol perlawanan dan solidaritas. Terlepas dari ragam tafsir, pilihan aksesori yang kecil itu memang menghadirkan diskusi yang lebih luas. Fashion bisa menjadi medium cerita. Di Toronto, cerita itu mengalir lewat sebuah pin yang tidak besar ukurannya, tetapi besar maknanya.