Aitana Bonmatí, Ratu Sepak Bola Putri dengan Hattrick Ballon d’Or
Aitana Bonmatí Bersama Piala Ballon D’Or-nya | Foto: Instagram/@aitanabonmati
Reporter : Abidah Ardelia
Aitana Bonmatí menegaskan statusnya sebagai salah satu pemain terbaik dunia dengan meraih Ballon d’Or ketiga kali beruntun.
Nama Aitana Bonmatí kini makin kokoh dalam catatan sejarah sepak bola. Di usia 27 tahun, gelandang andalan Barcelona dan tim nasional Spanyol itu berhasil meraih Ballon d’Or Féminin 2025.
Bukan sekadar trofi biasa, ini adalah kali ketiga secara beruntun ia menyabet penghargaan pemain terbaik dunia. Sebelumnya, ia sudah memenanginya pada 2023 dan 2024.
Bagi publik sepak bola, hattrick Ballon d’Or ini bukan hal sepele. Hanya segelintir pemain yang pernah meraihnya berturut-turut.
Nama-nama besar seperti Michel Platini dan Lionel Messi jadi perbandingan, dan kini Bonmatí berdiri sejajar dengan mereka. Ini tentunya merupakan sebuah pencapaian luar biasa untuk seorang pesepak bola putri.
Dari Rumah Sakit ke Panggung Eropa
Kisah musim lalu tak selalu mulus bagi Bonmatí. Hanya beberapa hari sebelum Euro 2025 dimulai, ia divonis terkena meningitis viral dan sempat harus dirawat di rumah sakit.
Situasi itu membuat partisipasinya bersama La Roja diragukan. Banyak yang pesimis, bahkan ada yang bilang Spanyol mungkin harus jalan tanpa motor utama permainan mereka.
Namun bukannya menyerah, ia justru bekerja keras memulihkan kondisi hingga bisa kembali tepat waktu. Di semifinal melawan Jerman, ia mencetak gol penentu yang membawa La Roja putri melaju ke final Euro untuk pertama kalinya dalam sejarah.
Di lapangan, perannya sangat krusial dalam mengontrol ritme permainan. Bonmatí kerap turun menjemput bola dari lini belakang untuk memulai build-up, lalu mengatur distribusi lewat umpan progresif yang memecah pressing lawan.
Ia juga piawai membaca ruang sehingga mampu menjadi penghubung antar lini sekaligus pemimpin yang menenangkan rekan setim di momen-momen krusial. Meski Spanyol akhirnya kalah lewat adu penalti dari Inggris, kontribusinya yang konsisten membuatnya tetap dinobatkan sebagai pemain terbaik turnamen.
Mesin Penggerak Barcelona
Perjalanan bersama klub pun sama gemilangnya. Musim 2024/2025, ia kembali menunjukkan konsistensi luar biasa. Ia mencetak lebih dari selusin gol dan menorehkan sejumlah assist penting, menjadikannya playmaker utama dalam skema serangan Barcelona.
Treble domestik, mulai dari Liga Spanyol, Copa de la Reina, hingga Supercopa, adalah bukti betapa vital perannya. Hampir setiap pola serangan berawal dari kakinya, baik saat mengatur tempo di lini tengah maupun saat melakukan penetrasi ke sepertiga akhir.
Visi permainannya membuat Barcelona sulit dibongkar, dengan umpan progresif yang membuka ruang, dribel yang mampu melewati pressing lawan, serta pergerakan yang memberi rekan setim keleluasaan untuk mengeksekusi serangan.
Meski gagal mempertahankan Liga Champions setelah kalah di final melawan Arsenal, Bonmatí tetap bersinar. Dalam 11 pertandingan UCL musim itu, ia mencatat sembilan kontribusi gol (gabungan gol dan assist) dan bahkan mencetak gol penting di semifinal melawan Chelsea.
UEFA pun menobatkannya sebagai pemain terbaik kompetisi. Artinya, meski timnya tak mengangkat trofi, secara individu Bonmatí tetap dianggap sebagai sosok paling berpengaruh di panggung Eropa.
Malam Bersejarah di Paris
Théâtre du Châtelet di Paris menjadi saksi malam penuh emosi ketika Aitana Bonmatí meraih Ballon d’Or untuk ketiga kalinya. Trofi itu diserahkan langsung oleh Andres Iniesta, legenda Barcelona yang sejak kecil ia kagumi bersama Xavi.
Dengan senyum tak percaya, Bonmatí berkata, “Ini sudah ketiga kalinya saya di sini, dan saya masih tidak tahu harus berkata apa. Penghargaan ini bisa saja jatuh ke siapa pun di antara kalian. Jika bisa, saya ingin membaginya, karena kalian semua berada di level yang sangat tinggi.”
Bagi Bonmatí, pencapaian ini bukan hanya soal gol atau jumlah trofi. Ia menegaskan bahwa semua keberhasilan datang dari kerja kolektif. Ucapan terima kasih ia tujukan untuk rekan setim, keluarga, dan tentu saja Barcelona yang sudah menjadi rumahnya sejak 14 tahun lalu. Ia menegaskan bahwa apa yang diraihnya tidak mungkin terjadi tanpa dukungan klub yang telah membentuknya sejak remaja.
Malam itu terasa begitu kental dengan warna blaugrana. Delegasi besar Barcelona hadir, termasuk Presiden Joan Laporta, pelatih Hansi Flick, dan banyak pemain dari tim putra maupun putri. Dominasi Barcelona di Ballon d’Or putri kembali ditegaskan dengan catatan lima gelar beruntun. Alexia Putellas memenanginya pada 2021 dan 2022, lalu Bonmatí menyusul dengan tiga gelar berikutnya.
Dengan tiga Ballon d’Or, deretan gelar domestik, Liga Champions, dan Piala Dunia 2023, Bonmatí telah membuktikan dirinya sebagai salah satu pemain paling berpengaruh di dunia.