Pratiwi Sudarmono, Astronot Perempuan Pertama Di Indonesia Sekaligus Asia Foto: NASA
Nama Pratiwi Pudjilestari Sudarmono tercatat dalam sejarah sebagai astronot pertama sekaligus satu-satunya dari Indonesia.
Lahir di Bandung pada 31 Juli 1952, ia dikenal bukan hanya sebagai ilmuwan, tetapi juga simbol keberanian perempuan Indonesia di bidang sains yang saat itu masih didominasi laki-laki.
Pada pertengahan 1980-an, pemerintah Indonesia bekerja sama dengan NASA dalam misi peluncuran satelit komunikasi Palapa B-3.
Dari 207 kandidat yang mendaftar, Pratiwi berhasil terpilih sebagai payload specialist utama untuk misi STS-61H dengan pesawat ulang-alik Columbia. Ia mengalahkan ratusan pesaing, termasuk insinyur dan pilot terbaik tanah air, sehingga menjadikannya perempuan Asia Tenggara pertama yang meraih kesempatan istimewa ini.
Pratiwi bukan berlatar astronomi, melainkan mikrobiologi klinis. Ia meraih gelar dokter dari Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, kemudian melanjutkan studi doktoral di Osaka University, Jepang, dengan riset tentang biologi molekuler.
Pengetahuannya di bidang kesehatan membuatnya dipercaya untuk memimpin eksperimen “Indonesian Space Experiments (INSPEX)”, yang dirancang meneliti pertumbuhan mikroorganisme dan ketahanan tubuh manusia di luar angkasa.
Selama masa persiapan, Pratiwi menjalani berbagai latihan berat di Johnson Space Center, Houston, Amerika Serikat. Ia dilatih simulasi gravitasi nol, uji keluar-masuk wahana, hingga adaptasi di ruang hampa udara.
Pelatihan ini tak hanya menuntut fisik, tetapi juga mental, sebab ia diproyeksikan menjadi bagian dari tujuh kru internasional yang akan membawa satelit Palapa B-3 ke orbit.
Namun, mimpi besar itu pupus sementara. Pada 28 Januari 1986, dunia dikejutkan oleh tragedi Challenger, pesawat ulang-alik NASA yang meledak hanya 73 detik setelah lepas landas. Musibah ini menewaskan tujuh astronot di dalamnya dan membuat seluruh misi luar angkasa NASA dihentikan selama bertahun-tahun, termasuk penerbangan Pratiwi.
Meski gagal menginjakkan kaki ke ruang hampa, status Pratiwi sebagai astronot tetap diakui. Ia bahkan menerima pin resmi dari NASA sebagai tanda kelulusan pelatihan. Setelah kembali ke Indonesia, ia memilih fokus di jalur akademis. Ia menjadi Guru Besar Mikrobiologi di Fakultas Kedokteran UI, memimpin penelitian tentang penyakit menular, termasuk demam berdarah, tifoid, hingga tuberkulosis.
Di era pandemi COVID-19, Pratiwi juga turun langsung membantu pengujian sampel saat keterbatasan alat PCR melanda Indonesia. Dedikasinya tak hanya di laboratorium, tetapi juga sebagai pengajar yang membimbing generasi muda peneliti tanah air.
Warisan semangat Pratiwi tak berhenti di dunia akademik. Pada 2025, kisahnya bahkan menembus layar lebar lewat film fiksi sains berjudul “ Pelangi di Mars”.
Tokoh utama film, seorang ilmuwan perempuan bernama “ Ibu Pelangi”, diciptakan dengan inspirasi kuat dari sosok Pratiwi. Karakter ini digambarkan sebagai figur visioner yang sejak muda bercita-cita menembus batas Bumi, namun harus menghadapi berbagai rintangan, mulai dari keterbatasan teknologi, politik, hingga tragedi yang membuat misinya tertunda.
Sutradara film ini, Upie Guava, pernah menyebut bahwa nama Pratiwi Sudarmono adalah titik awal cerita, “ Kami ingin menampilkan bagaimana sosok nyata dari Indonesia bisa memberi imajinasi untuk masa depan antariksa. Ibu Pratiwi adalah bukti bahwa inspirasi bisa datang dari tanah air sendiri, bukan hanya dari tokoh NASA atau luar negeri.”
Hingga kini, Pratiwi Sudarmono tetap dikenang sebagai pionir. Ia menunjukkan bahwa perempuan Indonesia mampu menembus batas ruang dan waktu, bahkan ketika takdir berkata lain. Meski tidak pernah benar-benar melayang di orbit, dedikasi dan kiprahnya telah menjadikannya “ bintang” bagi banyak generasi muda yang bercita-cita tinggi.
Resep Shrimp Scampi Garlic Butter yang Super Creamy dan Segar, Yummy!
Kata Siapa Bulking Gak Cocok untuk Wanita? Ini 5 Manfaatnya!
Rayakan 17 Tahun Debut, IU Pilih Berbagi Lewat Donasi Rp2,9 Miliar
Marion Jola Hadiri Wisuda S2 Mamanya di Usia 49 Tahun, Bukti Pendidikan Tak Kenal Usia
Dateng BIFF 2025, Dian Sastro Pamer Foto Bareng Son Ye-jin dan Han So-hee
Dateng BIFF 2025, Dian Sastro Pamer Foto Bareng Son Ye-jin dan Han So-hee
Jadi Rebutan Fotbar Aktor Indonesia, Ini Potret Lisa BLACKPINK di BIFF 2025
6 Potret Syifa Hadju Hadiri New York Fashion Week 2026 Bareng Coach, Stunning!
Janice Tjen Jadi Runner Up Sao Paulo Open 2025, Harapan Baru Tenis Indonesia