Shin Hua, Barbershop Tertua di Indonesia yang Sudah Ada Sejak Tahun 1911

Reporter : Anif Fathul Amin
Rabu, 19 Mei 2021 18:03
Shin Hua, Barbershop Tertua di Indonesia yang Sudah Ada Sejak Tahun 1911
Kini, barbershop ini sudah berusia 110 tahun. Lebih tua dari usia kemerdekaan Indonesia.

Tepat pada tahun 1911 di sudut kota Surabaya berdiri tempat cukur rambut atau barbershop. Genap 110 tahun usia Shin Hua, barbershop yang telah beroperasi melampaui generasi ke generasi.

Dulunya, pelanggan sangat beragam, mulai dari bangsa kolonial Belanda hingga rakyat pribumi Surabaya. Lokasinya berada di Jalan Kembang Jepun No 38 Surabaya. Shin Hua merupakan barbershop orang tiongkok yang berada di lingkungan Chinatown Surabaya.

1 dari 6 halaman

Barbershop Shin Hua © Diadona

Lebih dari satu abad lamanya Barbershop Shin Hua beroperasi. Selama itu pula pengelola Shin Hua tetap mempertahankan bentuk awal barbershop. Dekorasi tata letak kursi, cermin hingga papan nama dalam aksara Han.

Nuansa vintage terkesan melekat saat memasuki ruangan cukur rambut Shin Hua. Bangunan yang ditempati tergolong tua. Barbershop Shin Hua berada di lantai 2 dan telah berdiri di sudut Jalan Kembang Jepun semasa kolonial Belanda.

Dalam bahasa Indonesia Shin Hua berarti “ Baru Mekar”. Berpengalaman lebih dari satu abad menjadikan Shin Hua barbershop yang melegenda di Surabaya dan tertua di Indonesia.

2 dari 6 halaman

Penerusnya saat ini ialah Eddy Koestanto pencukur dan pemilik Shin Hua. Ia merupakan anak dari Tan Shin Tjo, pendiri Barbershop Shin Hua. Ayah Eddy adalah seorang perantuan dari Hokkiu, China yang mengadu nasib di Surabaya.

Barbershop Shin Hua © Diadona

Tahun 1911 jauh sebelum Indonesia merdeka, Barbershop Shin Hua sudah berdiri. Bisnis yang dirintis Tan Shin Tjo berbuah manis. Berbagai kalangan pelanggan memakai jasa cukur rambut Shin Hua.

Masa keemasannya tahun 1911 Shin Hua buka mulai pukul 6 pagi hingga 6 petang. Setidaknya ada 100 pelanggan hilir mudik bercukur. Kala itu Tan Shin Tjo mendatangkan 20 kursi langsung dari China. Kursi khas barbershop empuk, nyaman, dan masih bisa dirasakan hingga saat ini. Bahkan dulunya, Shin Hua mempunyai pegawai berjumlah 10 orang untuk melayani antrian pelanggan.

3 dari 6 halaman

Barbershop Shin Hua © Diadona

Peralatan yang digunakan masih terbilang jadul. Gunting, sisir sederhana alat keruk rambut bahkan sisir rambut dari tulang ikan. Eddy Koestanto tetap menggunakan alat tradisional tersebut agar sensasi bercukur tempo dulu dapat lebih mudah dikenang.

Nuansa jadul diperkuat dengan perabotan yang masih tertata rapi. Cermin lebar, meja cukur hingga lemari kayu besar tempat perkakas. Sesekali Eddy juga menggunakan mesin cukur untuk memudahkannya bekerja.

4 dari 6 halaman

Barbershop Shin Hua © Diadona

Jenis pelayanan di Shin Hua beragam, mulai dari cukur rambut, cukur jenggot, membersihkan telinga, dan cuci rambut. Pelanggannya saat ini hanya tersisa 50 orang. Beberapa pelangan tetap bahkan sudah meninggal dunia. Bahkan ada pelanggan yang sudah tidak memungkinkan naik ke lantai dua. Dengan senang hati Eddy mendatangi dan mencukur di rumah pelanggan setianya.

Pelan tapi pasti, Eddy memangkas tiap helai rambut pelanggan. Kepiawaiannya diturunkan langsung dari ayahnya. Dibalut kain putih menjaga jatuhnya potongan rambut. Dibantu kaca mata frame hitam Eddy ceria bercengkerama dengan pelanggan. Tak jarang ia menceritakan sejarah dalam kenangan Barbershop Shin Hua. Tak jarang Eddy pun turut dimintai beberapa model rambut plilihan pelanggan.

5 dari 6 halaman

      View this post on Instagram      

A post shared by Surya ????? ???? (@suryanesia)

 

Namun seiring perkembangan trend masyarakakat, saat ini hanya tersedia 7 kursi cukur di Shin Hua. Menjamurnya salon dan barbershop modern menjadi tantangan Shin Hua. Dalam sebulan orang bercukur tak sampai 20 orang. Sedangkan pelanggan tetap bisa dihitung dengan jari. Terkadang datang sebulan sekali hingga dalam tiga bulan datang empat kali.

6 dari 6 halaman

      View this post on Instagram      

A post shared by Rumi Siddharta (@rumisiddharta)

 

Tarif layanan yang disediakan rata-rata sebesar Rp 50 ribu. Lain halnya dengan pelanggan baru, Eddy biasa memberikan tarif Rp 10 ribu hingga Rp 15 ribu untuk cukur rambut biasa. Nominal tersebut terbilang wajar untuk tempat cukur yang melegenda dan berpengalaman lebih dari 100 tahun.

Dari 12 anak Tan Shin Tjo, hanya Eddy Koestanto lah yang bersedia meneruskan usaha Barbershop Shin Hua. Saat ini Eddy sendiri menginjak usia 70 tahun. Dilema dari ke sembilan anaknya belum ada yang berniat melanjutkan Barbershop Shin Hua. Eddy berkomitmen akan tetap melayani pengunjung meski dihantui tak ada penerus warisan Shin Hua.

 

Beri Komentar