© Unsplash.com/Tanner Ross
Halo, Dokter Dona. Saya Tyo, baru kehilangan bapak beberapa minggu lalu. Waktu meninggalnya bapak yang pas di masa Covid-19 ini bikin situasi kerasa nggak baik karena saudara-saudara dekat (pakde, bude, dan sepupu) banyak yang gak hadir untuk bantu, atau seenggaknya datang waktu pemakaman. Padahal bapak saya ini datang dari latar belakang yang punya keluarga besar.
Walaupun bapak meninggal bukan karena Covid-19, tapi mereka tetap parno. Untungnya saya tertolong oleh tetangga-tetangga yang masih mau bantu.
Saya tahu kalau motif saudara-saudara nggak mau datang karena waspada Covid-19, tapi entah kenapa perasaan saya masih kerasa nggak enak sama mereka sampai hari ini. Ada marah yang ketahan.
Gimana menyikapi hal ini ya, Dokter Dona? Saya minta pandangannya. Makasih.
Hai, Tyo. Terima kasih karena sudah berkenan menceritakan permasalahanmu lewat rubrik ini.
Sebelumnya, Dokter Dona dan segenap tim Diadona mengucapkan duka cita mendalam atas kepergian bapakmu. Semoga kamu sekeluarga diberi kelapangan hati dan almarhum bapak bisa mendapatkan tempat terbaik di sisi-Nya. Aamiin.
Dokter Dona bisa memahami kesedihan yang kamu rasakan. Saudara yang diharapkan bisa ada di saat-saat terendah, ternyata justru tidak bisa hadir, bahkan untuk sekedar memberi suntikan moral. Kecewa adalah reaksi yang wajar untuk situasi tersebut.
Kekecewaan yang Tyo rasakan adalah salah satu bagian dari lima tahap kesedihan yang terdiri dari penyangkalan (denial), kemarahan (anger), penawaran (bargaining), depresi (depression), dan penerimaan (acceptance).
Seperti yang diungkapkan dalam curhatan di atas, Tyo merasa ada amarah yang terpendam. Artinya, saat ini Tyo sedang berada di tahap ke dua dari lima tahap kesedihan yang ada. Di tahap ini, orang akan cenderung menyalahkan banyak hal yang dianggap berpengaruh pada kesedihannya.
Dalam hal ini, Tyo menyalahkan keluarga yang tak hadir di lokasi saat bapak pergi. Walaupun ada alasan logis di balik itu semua, yakni mewaspadai Covid-19, namun Tyo masih belum bisa menerima hal tersebut lantaran kemarahan yang masih menyesaki dada. Lagi-lagi, Dokter Dona mewajarkan hal tersebut. Yah mau gimana lagi, memang lagi fasenya?
Walaupun begitu, tentu kita nggak bisa pasrah dengan pemikiran saat ini. Tyo juga harus berusaha memerangi segala pikiran yang menempatkan saudara-saudara bapak di posisi bersalah. Saudara-saudara bapak tidak mungkin tidak berduka, namun memang situasi yang membuat itu semua tertahan.
Perlahan-lahan, coba rasionalkan segala rasa marah yang Tyo punya. Usaha ini nantinya akan membawa Tyo ke tahap selanjutnya, yakni penawaran. Di sini, Tyo akan memikirkan banyak hal dengan pola 'what if' alias pengandaian.
" Gimana kalau waktu itu bapak lebih cepat ditangani..." , " andai saja ada saudara yang bisa membantu..." , " kalau saja waktu itu saya sadar apa yang dialami bapak..." , dan berbagai pengandaian lain. Fase ini jadi yang paling menyakitkan karena di sini Tyo akan dihadapkan pada kenyataan pahit yang ada di depan mata.
Fase selanjutnya adalah depresi, di mana menurut para ahli, digolongkan dalam dua jenis. Depresi pertama dalah reaksi yang berkaitan dengan kerugian. Di sini, Tyo akan merasakan banyak kesedihan, kekhawatiran, dan penyesalan. Fase depresi pertama ini bisa dilewati saat kita menemukan jaminan yang membuat kita yakin bahwa hidup ke depan akan baik-baik saja.
Sementara itu, depresi kedua biasanya lebih tak terlihat wujudnya. Depresi ini adalah persiapan menuju kepasrahan untuk kembali pada realita, melepas semua beban, dan menerima keadaan. Afeksi ringan seperti pujian dan pelukan bisa membantu kita melalui depresi tahap kedua ini.
Jika semua tahap telah terlewati, maka Tyo akan berhadapan dengan tahap terakhir, yakni penerimaan. Di sini, Tyo akan merasakan angin kedua yang menimbulkan kebahagiaan dan membangkitkan semangat.
Bukan berarti melupakan kesedihan sama sekali, tapi di sini Tyo akan menemukan satu dua hal yang membuat kamu kembali bergairah dalam menjalani hidup.
Jadi, Tyo tidak perlu terlalu khawatir dengan kekecewaan yang sekarang dirasakan. Selama kamu masih berusaha untuk memahami keadaan, maka kekecewaan tersebut akan segera berlalu.
Tidak perlu terlalu terburu-buru untuk ingin segera melalui kesedihan. Proses menerima kehilangan memang lambat dan sepi, tapi perlu kita lewati. Nikmati segala hal yang Tyo temui dalam setiap langkah. Kecewa dan sedih lah sepuasnya, tapi jangan lupa bahwa masih ada masa depan yang menunggu untuk kembali diperjuangkan.
Bapak sudah tenang di alam sana dan pasti tidak mau keluarga yang ditinggalkannya terus terpuruk di lubang kecewa.
Lekas bangkit ya, Tyo!
Jika kalian memiliki masalah asmara, percintaan, keluarga, dan lain sebagainya silakan langsung saja isi form konsultasi di link berikut ini https://bit.ly/dokterdona. Dokter Dona akan membantu kamu memberikan jawaban dan mungkin bisa menjadi solusi untuk masalah kamu. Rahasia terjamin!
Kami tunggu konsultasi dari kamu, ya!