Sosok Afutami | Foto: Instagram/@afutami
Di tengah riuhnya aksi unjuk rasa dan ramainya media sosial, muncul nama Afutami yang semakin banyak diperbincangkan publik. Perempuan dengan nama asli Andhyta Firselly Utami ini bukan hanya ekonom lingkungan, tapi juga pendiri Think Policy yang kerap mendorong keterlibatan generasi muda dalam isu kebijakan publik.
Kehadirannya makin mencuri perhatian setelah ikut menginisiasi dokumen “17+8 Tuntutan Rakyat” bersama sejumlah aktivis dan kreator konten. Dokumen itu menjadi simpul dari banyak suara masyarakat yang ingin lebih didengar pemerintah.
Afutami lahir di Cianjur dan menempuh pendidikan tinggi di beberapa kampus ternama. Ia menyelesaikan studi Hubungan Internasional di Universitas Indonesia dengan predikat cum laude, lalu mendapat kesempatan belajar di Nanyang Technological University, Singapura.
Tak berhenti di situ, ia meraih gelar Master of Public Policy di Harvard Kennedy School, Amerika Serikat. Tesisnya tentang Dana Desa bahkan dinominasikan sebagai salah satu karya terbaik di kampus tersebut. Perjalanan akademiknya menunjukkan betapa seriusnya ia mendalami kebijakan publik dan lingkungan.
Perhatian Afutami terhadap isu keberlanjutan membawanya bekerja di World Resources Institute. Fokus risetnya meliputi tata kelola lahan, energi terbarukan, hingga pencegahan kebakaran hutan.
Pengalaman itu membuka jalan ke Bank Dunia, di mana ia berperan sebagai ekonom lingkungan. Ia membantu pemerintah Indonesia merancang kebijakan iklim, termasuk carbon pricing, serta terlibat dalam laporan penting Country Climate Development Report (CCDR) yang dijadikan acuan pembangunan berkelanjutan.
Pada 2019, Afutami mendirikan Think Policy, wadah belajar kebijakan publik yang dirancang agar lebih mudah dipahami masyarakat. Organisasi ini rutin mengadakan forum, kelas, hingga konten edukasi untuk menjembatani profesional muda dengan isu kebijakan.
Bagi Afutami, kebijakan yang baik tidak hanya berbasis data, tetapi juga empati terhadap masyarakat yang terdampak. Prinsip inilah yang jadi fondasi Think Policy.
Menjelang tahun politik 2023, Afutami bersama rekannya, Abigail Limuria, meluncurkan platform Bijak Memilih. Situs ini berisi informasi detail mengenai partai politik, calon presiden, hingga rekam jejak kebijakan mereka.
Inisiatif ini berhasil diakses lebih dari 4 juta kali dan bahkan menang kompetisi global MIT Solve 2023. Afutami membuktikan bahwa teknologi bisa jadi alat untuk memperkuat demokrasi, bukan sekadar alat hiburan.
Nama Afutami kian diperbincangkan setelah ia ikut merumuskan dokumen 17+8 Tuntutan Rakyat bersama Jerome Polin, Andovi Lovez, hingga Salsa Erwina. Mereka menyatukan aspirasi massa yang beragam menjadi poin-poin yang lebih terstruktur.
Dokumen itu kemudian diserahkan langsung ke DPR, menandai bahwa suara rakyat tidak hanya berhenti di jalan, tetapi juga tercatat resmi untuk ditindaklanjuti. Afutami menegaskan, menyampaikan aspirasi adalah bentuk tanggung jawab generasi muda untuk memperbaiki arah kebijakan.
Afutami juga dikenal produktif menulis. Pada 2022 ia menerbitkan buku Menjadi: Seni Membangun Kesadaran tentang Diri dan Sekitar. Buku ini mengajak pembaca untuk berpikir kritis, mengenali diri, dan tetap peduli pada isu sosial.
Selain itu, ia juga sempat aktif di kanal YouTube " Frame & Sentences" yang menampilkan esai visual tentang politik, sosial, dan lingkungan dengan format ringan. Tujuannya agar topik kebijakan yang biasanya rumit bisa dipahami lebih banyak orang.
Di usia awal 30-an, Afutami sudah membuktikan bahwa aktivisme tidak selalu harus lewat aksi jalanan. Dengan latar akademik, pengalaman internasional, dan kepedulian sosial, ia membuka jalur baru bagi generasi muda untuk ikut berpartisipasi.
Lewat Think Policy, Bijak Memilih, karya tulis, maupun keterlibatannya dalam 17+8 Tuntutan Rakyat, benang merahnya jelas: mendorong cara berpikir kritis yang berbasis bukti sekaligus empati.
Perjalanan Afutami masih panjang, tetapi kiprahnya sudah menunjukkan bahwa suara anak muda bisa punya dampak nyata jika disampaikan dengan konsisten dan terukur.
Berbekal LPDP, Namira Adjani Resmi Raih Gelar Magister Hukum dari UCL
Kaneishia Yusuf Lulus Cumlaude di HI UI, Bukti Karier dan Akademik Bisa Jalan Bareng
Janice Tjen Jadi Runner Up Sao Paulo Open 2025, Harapan Baru Tenis Indonesia
Plan Workout 28 Hari Mengikuti Siklus Hormon Wanita
Ultah MOP Sepi Sosok CFO, Tasya Farasya Gugat Cerai Ahmad Assegaf?
Janice Tjen Jadi Runner Up Sao Paulo Open 2025, Harapan Baru Tenis Indonesia
Ultah MOP Sepi Sosok CFO, Tasya Farasya Gugat Cerai Ahmad Assegaf?
Rumah Dijarah Ludes, Eko Patrio Terpaksa Ngontrak di Pinggiran Jakarta
Sulthon Kamil Terseret Skandal Pelecehan Seksual, Band Harum Manis Didepak Label
Kimberly Ryder Buka Suara Soal Kekasih Barunya: Sudah Kenalkan ke Anak-anak