© 2019 Https://www.diadona.id/pickfactor.com
Selama ini, sebagian besar dari kita sering menganggap gadget menjadi salah satu penyebab dari munculnya mental illness atau penyakit mental pada remaja. Tapi, ternyata nyatanya tidak seperti itu. Melansir dalam webmd.com (13/12), baru-baru ini sebuah studi mengungkapkan jika menghabiskan waktu berlama-lama pada ponsel tidaklah menyebabkan gangguan pada kesehatan mental remaja.
"Mungkin ini waktunya bagi orang dewasa untuk berhenti memperdebatkan apakah smartphone dan media sosial baik atau buruk bagi kesehatan mental remaja serta mulai mencari cara terbaik untuk mendukung mereka baik dalam kehidupan nyata maupun maya," ungkap salah satu peneliti, Candice Odgers, seorang profesor ilmu psikologi di University of Caliofornia, Irvive (UCI).
Dalam studi tersebut, para peneliti menyurvei lebih dari 2000 siswa dengan rentang usia 10 sampai 15 tahun di sekolah umum yang berada di Carolina Utara. Selain itu, mereka juga melakukan pelacakan pada gadget yang dimiliki sekitar 400 orang dari mereka selama dua minggu.
Selama kurun waktu tersebut, para responden melaporkan semua gejala kesehatan mental sebanyak tiga kali sehari sekaligus berapa lama waktu yang mereka habiskan untuk gadget setiap harinya.
Dari studi tersebut terungkap jika tidak ada hubungan antara remaja yang menggunakan beragam gadget atau lebih banyak menghabiskan waktu menggunakannya dengan parahnya kesehatan mental.
Ketika terdapat hubungan antara penggunaan gadget dengan kesehatan mental ditemukan, itu pun hanya berpengaruh kecil dan malah positif berdasarkan dari laporan studi tersebut.
Seperti misalnya, remaja yang mengirim pesan lebih banyak mengungkapkan jika ia merasa lebih baik daripada mereka yang jarang berkirim pesan.
" Berkebalikan dengan kepercayaan selama ini yang percaya jika smartphone dan media sosial merusak kesehatan mental remaja, kami malah tidak melihat adanya dukungan yang besar terhadap ide tersebut yakni mengenai waktu yang dihabiskan pada gadget dan dunia maya berhubungan dengan meningkatnya resiko masalah kesehatan mental" ungkap salah satu peneliti lainnya, Michaeline Jenses. Jensen adalah seorang asisten profesor Psikologi di University of North Carolina di Greensboro.
Laporan penelitian ini dirilis secara online di jurnal Clinical Psychoilogical Science.
Zakat Fitrah 2025: Berapa Besarnya dan Bagaimana Cara Menghitungnya?
Menembus Batas: Yoona Dorong Kepemimpinan Perempuan yang Berdaya dan Berpengaruh
Rayakan Ramadan dengan Perjalanan Kuliner Istimewa di Sheraton Jakarta Soekarno Hatta Airport
GUESS Shimmer Soiree: Glitz, Glam, dan Fashion Tanpa Batas!