Iduladha Jadi Momentum Pemerataan Gizi: Saatnya Tebar Daging Kurban Hingga Pelosok Negeri

Reporter : Hevy Zil Umami
Selasa, 3 Juni 2025 22:25
Iduladha Jadi Momentum Pemerataan Gizi: Saatnya Tebar Daging Kurban Hingga Pelosok Negeri
Yuk, maksimalkan makna kurbanmu tahun ini! Mari berbagi lebih luas, bantu pemerataan gizi, dan sebar kebahagiaan hingga ke pelosok negeri.

Jakarta, Juni 2025 – Setiap tahun, Iduladha menjadi momen penuh makna bagi umat Islam di seluruh dunia, termasuk di Indonesia yang memiliki populasi Muslim terbesar. Tak hanya sebagai bentuk ibadah, penyembelihan hewan kurban juga menjadi sarana berbagi kepada sesama, terutama mereka yang kurang mampu.

Namun di balik semaraknya perayaan, ada tantangan besar yang sering luput dari perhatian: ketimpangan distribusi daging kurban. Di beberapa daerah, pasokan daging melimpah hingga surplus, sementara di daerah lainnya—terutama yang terpencil atau miskin—warga bahkan tidak mencicipi daging kurban sama sekali.

 

1 dari 1 halaman

Ketimpangan Konsumsi Daging di Indonesia

Menurut Haryo Mojopahit, Direktur Institute for Demographic and Poverty Studies (IDEAS), defisit daging kurban banyak ditemukan di wilayah yang miskin atau sulit diakses secara geografis. Contohnya, beberapa kabupaten di Jawa Tengah seperti Grobogan, Blora, hingga Kudus mengalami defisit hingga 2.600 ton daging pada Iduladha 2024. Kondisi serupa juga terjadi di Pulau Madura dan sebagian wilayah Jawa Timur.

Yang mengejutkan, konsumsi daging di wilayah-wilayah tersebut sangat rendah—hanya 0,01 hingga 0,18 kilogram per orang per tahun. Angka ini sangat jauh jika dibandingkan dengan kota-kota besar seperti Jakarta, yang tahun lalu mencatat surplus daging hingga hampir 10.000 ton.

Di luar Jawa, wilayah seperti Kubu Raya (Kalimantan Barat), Sigi (Sulawesi Tengah), hingga Halmahera Utara (Maluku) juga mengalami hal serupa. Keterbatasan infrastruktur dan akses menjadi penghalang utama distribusi daging kurban merata.

Kurban Tak Sekadar Ibadah, Tapi Upaya Pemerataan Gizi

“ Kurban seharusnya tak hanya soal ibadah, tapi juga momentum memperbaiki ketimpangan konsumsi protein hewani di masyarakat,” ujar Haryo. Ia menambahkan, perlu intervensi terorganisir untuk mendistribusikan daging secara adil, termasuk perbaikan data penerima dan akses ke daerah pelosok.

Sayangnya, sebagian besar distribusi daging masih dilakukan secara desentralisasi oleh panitia lokal—biasanya berbasis masjid, musala, atau komunitas. Tanpa sistem data terpusat dan pembaruan rutin, mustahik di pelosok sering kali luput dari distribusi.

Tebar Daging Kurban Lebih Merata Bersama Dompet Dhuafa

Salah satu lembaga yang konsisten mengatasi isu ketimpangan ini adalah Dompet Dhuafa. Melalui program Tebar Hewan Kurban (THK) yang sudah berjalan sejak 1994, lembaga ini aktif menyalurkan daging kurban dari wilayah surplus ke daerah-daerah 3T (Tertinggal, Terdepan, dan Terluar). Inisiatif ini tak hanya membantu penerima manfaat, tapi juga mencegah penumpukan daging di kota-kota besar.

Buat kamu yang ingin berkurban tahun ini, sekaligus memastikan daging kurbanmu sampai ke tangan yang benar-benar membutuhkan, kamu bisa ikut program THK melalui laman digital.dompetdhuafa.org/kurban.


Yuk, maksimalkan makna kurbanmu tahun ini!
Mari berbagi lebih luas, bantu pemerataan gizi, dan sebar kebahagiaan hingga ke pelosok negeri.

Beri Komentar