Karoshi : Mereka yang Bekerja sampai Mati

Reporter : Dhewi Bayu Larasati
Kamis, 26 Desember 2019 14:19
Karoshi : Mereka yang Bekerja sampai Mati
Jepang dikenal dengan budaya bekerja yang sangat kuat. Saking kuatnya, banyak karyawan meninggal di tempat kerja. Mereka menyebutnya dengan 'Karoshi", yang berarti 'mati karena bekerja terlalu keras'.

Karoshi terakhir mencatat nama Miwa Sado, seorang jurnalis berumur 31 tahun. Dalam laporan, Sado kerja lembur selama 159 jam dalam satu bulan di kantornya, jaringan berita NHK. Dia meninggal karena gagal jantung pada bulan Juli 2013. Namun kematiannya baru diumumkan sebagai Karoshi di awal Oktober 2017.

Dikutip dari Businessinsider (16/12), Karoshi sebelumnya terjadi pada Matsuri Takahashi yang bekerja lembur selama 105 jam sebulan di agensi iklan bernama Dentsu. Dia melompat dari atap majikannya karena depresi. Sebulan berselang, Tadashi Issii, presiden sekaligus CEO Dentsu, mengundurkan diri.

Sejarah mengenai jam bekerja yang panjang ini bisa ditelisik dari Perang Dunia II. Di tahun 1950-an, Perdana Menteri Jepang, Shigeru Yoshida menjadikan pembangunan ekonomi Jepang sebagai prioritas pemerintahannya. Dia meminta para perusahaan untuk memberikan jaminan pekerjaan jangka panjang untuk karyawan yang royal.

Pakta ini berhasil. Kondisi ekonomi Jepang sekarang berada dalam urutan tiga besar ekonomi dunia. Hal ini karena kerja keras Yoshida 65 tahun yang lalu.

1 dari 2 halaman

Namun...

Ilustrasi Pekerja

Hanya dalam waktu satu dekade sejak aturan terbentuk, banyak pekerja Jepang yang melakukan bunuh diri. Banyak kematian karena stroke atau gagal jantung akibat beban stress yang besar. Dalam pekerjaannya, mereka bekerja sebaik dan sesetia mungkin untuk membuat bos mereka terkesan.

Dan hingga hari ini, kehidupan para pekerja di Jepang hampir tidak lebih baik. Sebuah laporan di tahun 2016 mencatat sebanyak 20 persen dari 1.000 pekerja di sana harus bekerja lembur selama 80 jam dalam sebulan. Kondisi ini tidak hanya terjadi pada pekerja pria, tapi juga pekerja wanita.

Sayangnya, hal ini seolah sudah jadi hal yang biasa di Jepang. Para atasan mereka berharap para karyawan muda datang lebih awal ke kantor, dan pulang lebih larut malam. Mereka yang memutuskan keluar dari pekerjaan mereka, kebanyakan harus memulai dari awal di pekerjaan yang baru, bukannya pada level di mana dia berkarier sebelumnya. Akhirnya, kebanyakan dari mereka terpaksa bertahan di kantor yang lama.

Jepang sedang berusaha untuk menghentikan kasus Karoshi dengan memberi banyak waktu cuti. Khusus hari Jumat, para karyawan bisa pulang ke rumah setiap jam 3 sore. Sayangnya, hingga delapan bulan sejak aturan terbentuk, nampaknya belum ada perubahan yang signifikan. Hari kerja yang pendek berati hari yang lebih sibuk.

Perusahaan juga berusaha menghentikan kasus karoshi dengan menawarkan sarapan bagi mereka yang datang lebih awal. Namun sepertinya ini hanya sebagai sebuah cara agar para karyawan tidak datang terlambat.

Kalau kalian, pernah nggak sih bekerja sampai lembur dan lupa istirahat? Cerita dong di kolom komentar di bawah ini.

2 dari 2 halaman

Beri Komentar