'Panca Wanda': Ketika Napas Tari Topeng Cirebon Kembali Mengalun di Jantung Ibu Kota

D Stories | Senin, 30 Juni 2025 15:45

Reporter : Hevy Zil Umami

Tradisi bukanlah peninggalan masa lalu, melainkan pusaka hidup yang harus terus dirawat dan dipentaskan di panggung masa depan.

Jakarta, 26 Juni 2025 – Suasana hangat memenuhi Galeri Indonesia Kaya malam ini, seiring derap langkah lembut para penari topeng yang menghadirkan kisah-kisah klasik dari tanah Cirebon. Bertajuk Panca Wanda, pergelaran Tari Topeng Cirebon ini bukan hanya sebuah pertunjukan seni biasa, melainkan perayaan jiwa dari warisan leluhur yang dihidupkan kembali oleh semangat anak muda masa kini.

Diselenggarakan oleh mahasiswa semester IV Program Studi Pengelolaan Konvensi dan Acara dari Politeknik Pariwisata Prima Internasional, acara ini menjadi bukti nyata bahwa seni tradisi masih relevan dan dicintai. Dengan tema filosofis “Srawung Panca Karya Luhung Sangkan Nanjung”, Panca Wanda merangkum nilai-nilai kehidupan manusia dalam lima tokoh utama Topeng Cirebon: Panji, Samba, Rumyang, Tumenggung, dan Klana Bandopati.

Advertisement

 

2 dari 2 halaman

© 2025 https://www.diadona.id

Yang membuat malam ini istimewa bukan hanya karena keberanian mahasiswa menggelar pertunjukan seni tingkat tinggi, tapi juga karena panggung ini menyatukan kembali para maestro yang telah puluhan tahun mendedikasikan hidupnya untuk menari. Nama-nama besar seperti Inu Sujana Arja (Topeng Panji), Aerli Rasinah (Topeng Samba), Nani Kadmini (Topeng Rumyang), hingga Nani Dewi Sawitri (Topeng Klana) kembali menyatu dalam harmoni gerak, musik, dan spiritualitas. Tampil pula Waryo Sela, Baedah Purba, dan Wiyono, memperkaya nuansa lintas generasi dalam sebuah pertunjukan yang jarang terjadi.

“Ini bukan sekadar penampilan seni. Ini adalah napas yang dihidupkan kembali, spirit budaya yang menembus zaman,” ujar Dr. Chondro Suryono, S.E., M.M., Direktur Politeknik Pariwisata Prima Internasional, dalam sambutannya. Ia menyampaikan bahwa pendidikan di bidang pariwisata harus memiliki akar yang kuat terhadap nilai-nilai budaya lokal. “Lewat pertunjukan ini, kami ingin mahasiswa belajar tidak hanya bagaimana menyelenggarakan acara, tapi juga bagaimana mencintai identitas bangsa,” tambahnya.

Nada serupa disampaikan Ketua Pengurus Yayasan Prima Ardian Tana, Dra. Tedja Maria Hasan. Ia menyebut bahwa peristiwa ini ibarat momen emas yang lama hilang dari panggung seni Jakarta. “Apa yang kita saksikan hari ini adalah bukti bahwa tradisi tak pernah mati selama masih ada yang menjaga dan melanjutkan,” ucapnya penuh haru.

Lebih dari sekadar tampilan gerak dan musik, Panca Wanda menjadi cermin bagi kita semua—bahwa kekayaan budaya Indonesia sangat dalam dan sarat makna. Jika dikelola dengan baik, warisan ini bukan hanya alat edukasi, tapi juga magnet pariwisata dan simbol kekuatan jati diri bangsa.

Acara ini juga mendapat dukungan dari Pemerintah Kota Cirebon melalui Dinas Kebudayaan dan Pariwisata, serta sejumlah sponsor dan media partner yang turut menjembatani karya seni ini menjangkau audiens lebih luas.

Ketua Pelaksana, Mohammad Saeful Rohman, menutup dengan pernyataan penuh semangat, “Kami ingin menunjukkan bahwa sebagai calon profesional pariwisata, kami juga punya tanggung jawab menjaga warisan budaya. Semoga Panca Wanda jadi pengingat bahwa ruang publik pun bisa menjadi rumah bagi seni tradisi kita.”

Dengan penuh harmoni, malam ini Tari Topeng Cirebon kembali berdansa—membawa pulang pesan: tradisi bukanlah peninggalan masa lalu, melainkan pusaka hidup yang harus terus dirawat dan dipentaskan di panggung masa depan.

Join Diadona.id