Sejarah Toko Buku Gunung Agung yang Umumkan akan Tutup Seluruh Outlet di Akhir Tahun 2023

Reporter : Anif Fathul Amin
Selasa, 23 Mei 2023 12:38
Sejarah Toko Buku Gunung Agung yang Umumkan akan Tutup Seluruh Outlet di Akhir Tahun 2023
Toko buku legendaris yang akan tutup akhir tahun nanti.

Toko Buku Gunung Agung, sebuah nama yang tak asing lagi bagi pecinta literasi di Indonesia. Merupakan salah satu pelopor dalam industri perbukuan, toko ini telah mengukir sejarah yang menginspirasi dan menghadirkan pengalaman tak terlupakan bagi pembaca sejati. Mari kita menjelajahi perjalanan panjang dan gemilang dari Toko Buku Gunung Agung.

Sayangnya, Toko Buku Gunung Agung mengumumkan rencana untuk menutup outlet toko buku Gunung Agung yang masih tersisa pada 2023. Seperti apa perjalanan toko buku legendaris ini? Simak ulasannya di bawah ini!

1 dari 6 halaman

Berawal dari Kios Kecil

Toko Buku Gunung Agung telah menjadi salah satu toko buku legendaris di Indonesia. Kisahnya dimulai pada tahun 1953, ketika almarhum Tjio Wie Tay (1927-1990) mendirikan sebuah kios sederhana di Jakarta Pusat yang menjual buku, surat kabar, dan majalah dengan nama kemitraan Thay San Kongsie.

Dikutip dari laman Kemdikbud yang mengulas Sejarah Perbukuan, Tjio Wie Tay berkolaborasi dengan Lie Tay San dan The Kie Hoat dalam membentuk sebuah kongsi dagang bernama Tay San kongsie pada tahun 1945. Awalnya, kongsi tersebut berfokus pada perdagangan rokok.

2 dari 6 halaman

Melejit Pasca Kemerdekaan

Usai kemerdekaan, permintaan buku-buku sangat tinggi dan kemungkinan karena hengkangnya penerbit Belanda dari Indonesia. Hal itu dilihat sebagai peluang oleh Tay San Kongsie yang selanjutnya membuka toko buku impor dan majalah.

Saat itu masih terjadi persaingan dengan penerbit toko buku Belanda seperti Van Dorp dan Kolff. Seiring keuntungan buku lebih besar ketimbang penjualan rokok dan bir yang semula dijalankan Tay San Kongsie, kongsi ini pun menutup usaha rokok dan bir kemudian berganti ke toko buku.

3 dari 6 halaman

Mendirikan Firma

Pada 1951, Tjio Wie Tay membeli rumah sitaan Kejaksaan di Jalan Kwitang Nomor 13 Jakarta Pusat. Rumah itu ditata dan dibuat percetakan kecil pada bagian belakang. Pada 1953, Tjio Wie Tay memperbesar usaha menjadi firma. Ide tersebut ditolak oleh Lie Tay San sehingga ia mengundurkan diri dari kongsi itu.

Dikutip dari lama Toko Buku Gunung Agung, seiring perkembangan usaha yang semakin besar dan kompleks pada awal setelah kemerdekaan, haji Masagung mendirikan perusahaan baru yang menerbitkan dan impor buku bernama Firma Gunung Agung. Kemudian berdiri Firma Gunung Agung yang ditandai dengan perhelatan pameran buku di Jakarta pada 8 September 1953.

4 dari 6 halaman

Mengumumkan akan Tutup Gerai

Sayangnya, kelegendarisan Toko Buku ini akan segera usai. Pembaca dan pembeli setia tak akan pernah melihat gerai Toko Buku Gunung Agung buka kembali. PT. GA Tiga Belas mengumumkan rencana untuk menutup outlet toko buku Gunung Agung yang masih tersisa pada 2023.

Dalam keterangan tertulis, PT. GA Tiga Belas atau Toko Buku Gunung Agung menyebutkan, kalau keputusan tersebut diambil lantaran tidak dapat bertahan dengan tambahan kerugian operasional per bulan yang semakin besar.

5 dari 6 halaman

Sebagai salah satu simbol literasi Indonesia, Toko Buku Gunung Agung telah menjadi sumber inspirasi bagi banyak orang. Dari anak-anak yang pertama kali mengenal dunia buku hingga para penulis yang mencari tempat untuk membagikan karya mereka, Gunung Agung menjadi rumah bagi semuanya.

Melalui komitmen untuk memajukan budaya literasi, toko ini terus menjadi tonggak penting dalam mempromosikan kecintaan terhadap membaca dan pengetahuan.

Beri Komentar