Kisah Sedih Siswa di Sigi, Tak Punya Akses Internet dan Harus Pinjam Ponsel Tetangga untuk Belajar

Reporter : Anif Fathul Amin
Senin, 27 Juli 2020 08:55
Kisah Sedih Siswa di Sigi, Tak Punya Akses Internet dan Harus Pinjam Ponsel Tetangga untuk Belajar
Walaupun kesusahan belajar, keduanya sangat semaangat mencari ilmu.

Pandemi Corona memang telah mengubah banyak hal, termasuk dalam masalah belajar-mengajar. Yakni proses tatap muka yang biasa guru dan sisiwa lakukan di sekolah ditiadakan. Proses KBM ini kemudian di gati dengan pembelajaran jarak jauh yang mengharuskan siswa menggunakan internet untuk mengaksesnya.

Sayangnya tak semua siswa memilikki uang yang cukup untuk membeli kuota internet agar bisa sekolah. Siswa yang tinggal di pedesaan dengan akses sarana yang kurang terpaksa harus memutar otak agar bisa tetap belajar.

1 dari 3 halaman

Seperti yang saat ini dirasakan oleh kakak beradik Nolin dan Adel. Siswa di salah satu Sekolah Mennengah Ppertama di Kabupaten Sigi ini, curhat soal betapa susahnya ia untuk belajar online.

" Di sini memang belum ada akses internet," tutur Nolin didampingi adiknya, Adel.

Kisah Siswa di Sigi yang Kesulitan Belajar Online © Diadona

Masalah tak sampai di situ, mereka berdua hanya mempunyai satu perangkat gawai dan itupun hanya dipinjam dari tetangganya. Ponsel yang dipinjami tetangganya tersebut mereka pakai bergantian selama belajar daring.

" Saya kelas sembilan (3), kalau adik saya kelas delapan (2). Jadi kalau mau belajar online itu, HP-nya dipakai ganti-gantian. Harus ke Desa sebelah yang ada towernya juga kalau mau belajar," ungkap Nolin.

Memang, ekonomi menjadi kendala utamanya. Kedua orang tua Nolin dan Adel hanya berprofesi sebagai Petani, yang penghasilannya tidak menentu. Hingga sekarang, Adel mengaku telah mengeluarkan uang sebanyak Rp 500.000, untuk digunakan mengisi pulsa data internet setaip belajar daring.

" Sudah ada lima ratus ribu mungkin untuk isi pulsa. Untuk ikut belajar," jelasnya

Mereka berdua tidak ingin berhenti belajar menuntut ilmu dan menjadi pemilik masa lalu, namun kakak beradik ini giat belajar dengan tujuan menjadi pemilik masa depan.

2 dari 3 halaman

Sejumlah guru dari sekolah, tempat mereka menimba ilmu datang langsung ke rumah Nolin dan Adel untuk memberikan modul yang berisikan materi pembelajaran serta soal kepada mereka.

Ini menjadi salah satu langkah yang dilakukan oleh pihak sekolah SMPN 16 Sigi, kepada sejumlah siswa yang sulit mengikuti belajar daring. Meskipun, pihak sekolah mengaku sistem pembelajaran ini tidak begitu efektif.

Kisah Siswa di Sigi yang Kesulitan Belajar Online © Diadona

" Sistem seperti ini tidak begitu efektif. Contohnya, tadi saja ada yang bertanya, ibu bagaimana menjawab soal ini. Karena kami juga tidak dibolehkan untuk tatap muka langsung secara lama dengan murid-murid," ujar Bungaria, Wakil Kepala SMPN 16 Sigi.

Sistem pembelajaran mendatangi langsung rumah siswa ini akan dilakukan pihak sekolah sebanyak tiga kali dalam sepekan.

" Kami juga mengerti, makanya soal-soal yang diberikan tidak begitu sulit. Dan jawabannya sudah ada di modul," jelas Bungaria

Letak geografis menjadi permasalahan tersendiri. Mengingat tidak sedikit rumah siswa yang jaraknya sangat jauh.bahkan ada di Luar Kabupaten, seperti rumah Nolin dan Adel.

" Kalau ke Dongi-dongi cuman jarak saja yang jauh. Ada juga rumah siswa kita tidak terlalu jauh dari sekolah, tapi medannya ekstrem karena jalannya rusak," ungkapnya.

3 dari 3 halaman

Kisah Siswa di Sigi yang Kesulitan Belajar Online © Diadona

Dinas Pendidikan setempat mengaku, selama program seperti itu diberlakukan, sekolah diperbolehkan menggunakan dana bantuan operasional sekolah (BOS) untuk membiayai operasional para guru. Meskipun nominalnya tidak begitu besar.

" Mereka juga diperbolehkan untuk menggunakan dana BOS sebagai operasional guru. Nominalnya tergantung jarak, kalau tidak salah, tadi mereka bilang Rp 12.000," ungkap Andi Arno, Kabid Pendidikan Dasar Disdikbud Kabupaten Sigi.

Dinas pendidikan mengaku tidak bisa berbuat banyak, terkait kendala yang dialami sejumlah siswa-siswi. Keterbatasan anggaran menjadi kendala dan terpaksa kerja ekstra harus dilakukan. Langkah efektif saat ini yang dilakukan Disdikbud Kabupaten Sigi hanya mendampingi dan memberikan dukungan kepada seluruh tenaga pengajar.

" Sistem pembelajaran saat ini hanya dua, yakni luring atau luar jaringan (off line) dan daring/dalam jaringan. Di Kabupaten Sigi kami memilih luring karena tidak semua orang tua siswa maupun siswi memiliki handphone, bahkan hampir sebagian besar wilayah disini masih kesulitan jaringan internet," jelasnya.

Mungkin, kesulitan belajar secara daring ini tidak hanya dirasakan oleh Nolin dan Adel. Tapi bagi mereka siswa yang ada di daerah lain di Indonesia.

Seperti perkataan seorang Filsuf asal Yunani, Aristoteles, yaitu Pendidikan mempunyai akar yang pahit, tapi buahnya manis. Hal ini seperti yang dirasakan Naolin dan Adel serta siswa-siswi di Desa Tongoa, Dusun Dongi-Dongi, Kabupaten Sigi, Sulawesi Tengah lainnya yang tetap giat belajar meski sebagian besar terkendala perangkat dan akses internet. Tetap semangat Nolin dan Adel!

Beri Komentar