Kisah Pilu Mbah Sayuti, Seharian Keliling 5 km Jualan Sapu Sambil Menahan Lapar karena Tak Laku

Reporter : Anif Fathul Amin
Senin, 8 November 2021 19:03
Kisah Pilu Mbah Sayuti, Seharian Keliling 5 km Jualan Sapu Sambil Menahan Lapar karena Tak Laku
Kalau jualan tak laku Nenek bawa pulang kembali dagangannya dan harus menahan lapar

Di kehidupan yang sudah modern seperti ini, pastilah sudah banyak orang yang merasakan kenyamanan dan kenikmatan. Namun, tak semua orang bisa merasakannya. Di luar sana, masih ada orang-orang yang masih harus bergelut dengan keadaam sulit dan kesusahan.

Dan mungkin itulah hidup yang harus dirasakan oleh nenek tua satu ini.

1 dari 5 halaman

Kisah Mbah Sayuti © Diadona

Dilansir dari laman Donasionline.id, nenek ini bernama Masniah. Di usianya yang sudah tak lagi muda, ia kini harus berusah payah bekerja berdagang menjajakan sapu ijuk.

Kini, ia hidup sebatang kara di sebuah rumah yang sangat jauh dari kata layak. Lantai rumahnya hanya beralaskan tanah, gentengnya juga sudah sering bocor sehingga membuat nenek sering kebanjiran.

2 dari 5 halaman

Meski zaman sudah berubah dan orang-orang sudah sering belanja online, nenek masih saja harus berkeliing menjual sapu ijuknya. Nenek Masniah mengaku, hal ini harus ia lakukan lantaran tak punya pilihan lain. Kalau ia tak bekerja menjajakan sapu ijuk, ia tak bisa makan dan menyambung hidup.

“ Kalo ga kerja, mau makan dari mana Nak” Ujarnya sambil berkaca-kaca.

3 dari 5 halaman

Kisah Mbah Sayuti © Diadona

Dengan jauhnya jarak yang ditempu nenek, sering kali membuat kakinya jadi bergemtar. Oleh karenanya, sesekali nenek beristirahat sambil memijat kakinya yang kelelahan.

Meski langkahnya sudah tertatih-tatih, tenaganya sudah mulai habis, ia masih semangat menyusuri jalan sambil membawa baskom dan gayung jualannya.

4 dari 5 halaman

Kisah Mbah Sayuti © Diadona

Namun sayang, perjuangannya ini sering tak sesuai dengan hasilnya. Terkadang, hanya bisa mengumpulkan uang 10 ribu saja setelah seharian berkeliling. Apalagi, di tengah pandemi seperti ini, tak ada satupun yang mau membeli baskom dan gayungnya. Namun, ia tak patah semangat.

Ia sadar, kalau ia hanya berdiam diri di rumah, ia tak bisa mencukupi kebutuhan dan tak bisa makan. Sehari-hari, nenek Masniah biasa berangkat pada pukul 7 pagi. Kadang-kadang ia harus pulang sampai jam 5 sore saking sepinya. Tak jarang, ia harus berkeliling hingga 5 km hanya untuk menjajajkan dagangannya itu.

Beri Komentar