Kisah Pilu Bapak Tua Penjual Tisu, Duduk Lesu karena Lelah Sambil Menunggu Pembeli

Reporter : Anif Fathul Amin
Jumat, 14 Agustus 2020 14:03
Kisah Pilu Bapak Tua Penjual Tisu, Duduk Lesu karena Lelah Sambil Menunggu Pembeli
Bapak ini berjualan di sekitar perempatan Manahan.

Bertelanjang kaki dan hanya beralaskan tikar, Ali duduk di emperan trotar peremtan Manahan, Solo. Di hadapan tubuhnya yang renta, tertata beberapa dagangan yang ia jajakan.

Tisu dan masker, jadi tumpuan hidupnya selama 1,5 tahun terakhir. Dua lembar masker dan satu pak tisu ia hargai Rp 5 ribu.  Setiap harinya, Ali membawa 50 pak tisu dan ratusan masker untuk dijual. Pria berusia 61 tahun itu tak akan pulang sebelum dagangannya ludes.

1 dari 4 halaman

Benar saja, rejeki selalu ada bagi mereka yang sabar dan mau berusaha. Dalam sehari Ali mampu mengantongi keuntungan bersih Rp 100-150 ribu sehari. Keuntungan yang lebih dari cukup untuk menghidupi anak dan istri.

Bapak Penjual Tisu di Manahan © Diadona



Ali dikaruniai tiga orang anak laki-laki, dua di antaranya sudah menikah dan bekerja. Sedangkan seorang lagi masih duduk di bangku SMK.

" Biarpun saya nih lulusan SD tapi sekolah nomor satu. Alhamdulillah semua anak saya lulus STM, SMK udah kerja jadi satpam sama di toko Superindo. Yang kecil masih kelas 3 SMK," tutur Ali dikutip dari Solopos.com (14/8).

2 dari 4 halaman

Bapak Penjual Tisu di Manahan © Diadona

Meski dua anaknya sudah hidup mandiri, Ali tak berubah. Ia masih saja Ali yang pekerja keras, tak mau menyusahkan kedua anaknya.

" Saya ya pokoknya semangat terus. Biar pun anak udah gak ini (jadi tanggungan) tapi ya saya emang suka ada aktivitasnya. Lagian si yang bungsu masih sama saya, jadi enggak apa-apa jualan," lanjutnya.

Sementara itu, istri Ali, Nelita, mengidap bisu dan tuli sejak lahir. Untuk berkomunikasi keduanya menggunakan gerakan tangan dan bibir.

" Alhamdulillah istri saya enggak bekerja, dia ibu rumah tangga yang punya banyak kelebihan. Dia kelebihannya nggak bisa berkomunikasi, kalau ngomong pakai bahasa tangan. Dan enggak bisa mendengar sejak kecil. Ya namanya cinta, saya yang penting sehat dia," jelas Ali.

3 dari 4 halaman

Ali mengenang, sebelum berjualan tisu dan masker, pria asli Jakarta ini adalah pedagang buah keliling. Namun, beban berat yang ia pikul setiap harinya membuat Ali terkena penyakit Hernia pada tahun 2010.

Bapak Penjual Tisu di Manahan © Diadona

Semenjak itu, Ali memutar otak agar tetap bisa berjualan untuk membeli obat dan mencukupi kebutuhan sehari-hari keluarganya. Pengalaman berniaga selama puluhan tahun membuat Ali lihai membaca peluang.

" Saya jualan masker sama tisu itu idenya kan karena banyak orang pakai masker, terus bawanya ringan, feeling aja laku gitu. Di Stasiun Pasar Minggu kan ramai terus jadi feeling kalau banyak yang beli, " tuturnya.

4 dari 4 halaman

Bukan tanpa rintangan, Ali harus was-was dan berjaga apabila Satpol PP datang merapikan trotoar, lokasinya berdagang.

      View this post on Instagram    

Pernah jumpa beliau?? Bapak sepuuuh yg jualan Tissue di Jalan arah Sumber & St. Yoseph atau perempatan Manahan ke Barat.. ------ Mungkin, kita sedang tidak butuuh.. Atau mungkin ada banyak yg jauh lebih muraah.. Tapi pahamilah, beliau ini berjualan utk menyambung hidup, untuk makan, beliau tidak meminta minta... So, kalo pas ada rezeki n lewat area sana, merapatlah, larisi, masukkan rasa gembira dengan membeli dagangannya... Bisa jadi, andalah yg telah digariskan olehNya sebagai pengantar Rezeki bagi bapak sepuh penjual tissue.. --- #solongangeni #pulangkesolo #sumbersolo #kelilingsolo #makandisolo #berbagisemangatsolo #kotasolo #pantangngemis

A post shared by Mas Ahmad Thoric (@thoric.idn) on

 



"Tapi sering ada Satpol PP jadi saya harus bisa gerak cepat. Lalu jalan agak jauh dagangnya," katanya.

Hasil berjualan, selain untuk memenuhi kebutuhan keluarga, Ali selalu menyempatkan untuk berbagi kepada orang yang membutuhkan.

"Kalau ada yang beli masker tapi uangnya besar saya kasih aja lah. Dulu pernah ada mahasiswa gitu bawa 10 tisu dagangan saya. Saya kasih aja, dia enggak bawa uang. Dia ngasih KTP saya bilang 'Enggak usah bawa aja yang nanti gampang kalau ketemu,'. Kalau uang kan bisa dicari, yang penting membantu," ungkap Ali.

Ali percaya, kesabaran, ketekutan, semangat diiringi kebaikan adalah manifestasi kesuksesan. Tak melulu diukur materi, tetapi juga kemurahan hati.

Beri Komentar