4 Bulan Tak Berpenghasilan karena Pandemi, Bapak Kusir Delman Ini Kesulitan Bertahan Hidup

Reporter : Anif Fathul Amin
Kamis, 25 Maret 2021 16:03
4 Bulan Tak Berpenghasilan karena Pandemi, Bapak Kusir Delman Ini Kesulitan Bertahan Hidup
Dengan penghasilan yang seadanya, ia harus tetap memberikan nafkah pada keluarganya.

Pandemi Covid-19 yang melanda di berbagai negara masih belum usai juga. Khusus di Indonesia sendiri, kasus aktif masih saja bermunculan. Tentunya, hal ini juga berimbas pada ekonomi masyarakat kita.

Inilah yang dialami oleh Pak Sarjono. Bapak kusir delman asal Yogyakarta yang merasakan kesulitan ekonomi akibat dari pandemi yang melanda

1 dari 5 halaman

Kisah Pak Sarjono Kusir Delman di Yogyakarta © Diadona

Dikutip dari laman Donasionline,id, Pak Sarjono mengaku sudah lebih dari 20 tahun menggeluti pekerjaan sebagai kusir delman tersebut Puluhan tahun itu pula, ia gantungkan hidupnya di jalanan dengan mengantarkan pelanggan mengelilingi kota dengan delmannya ini.

Naasnya, kuda delman tersebut bukanlah milik pak Sarjono. Kuda tersebut milik tetangganya. Karenanya, ia harus menyetorkan uang hasil menarik delman kepada tetangganya tersebut.

2 dari 5 halaman

Kisah Pak Sarjono Kusir Delman di Yogyakarta © Diadona

Jika sebelum pandemi ia bisa membawa pulang uang lebih, maka saat pandemi seperti sekarang ini, ia hanya bisa membawa uang pas-pasan. Uang hasil narik delmannya tersebut, sudah habis untuk biaya pakan kuda dan juga setoran.

“ Gak setiap hari saya ngandong, kadang saya harus gantian dan cepet-cepetan dengan yang punya andong. Kalau kalah cepet maka saya gak bisa narik. Sekarang udah 3 hari ini saya gak narik andong karena dipakai si pemilik, dan saya hanya bisa pasrah,” ungkapnya.

3 dari 5 halaman

Kisah Pak Sarjono Kusir Delman di Yogyakarta © Diadona

Setiap 3 hari sekali ia harus mengganti sepatu kuda sendiri karena tidak mampu membayar jasa orang lain untuk menggantinya. Jika udara panas sepatu kuda harus diganti setiap hari, jika lumayan sejuk bisa bertahan sampai 3 hari

Dibawah panas terik matahari, peluh keringat nya jatuh bercucuran untuk mengganti sepatu kuda. Memasang dan membongkar sepatu kuda ini cukup beresiko. Tidak jarang ia sering tertendang oleh si kuda. Bahkan kepala dan tangannya pernah sampai dijahit.

4 dari 5 halaman

Saat ini Pak Sarjono tinggal bersama istrinya yang bernama Sukarsinem di sebuah rumah yang sederhana. Bangunan lama dengan atap bambu yang reot, dan tembok belakang rumah menyatu dengan tembok makam. Kondisi istrinya pun tidak jauh berbeda dengan suaminya.

Sukarsinem hanya seorang pemulung rongsokan dan botol plastik. Harga satu Kilogram botol dihargai Rp 3.000. Kardus 1 kilogramnya dihargai sekitar Rp 4.000, rongsok berbahan Plastik mulai dari Rp 1.000,- sampai Rp 5.000. Memulung barang rongsokan ini pula untuk menyambung hidup dirinya dan suami.

Di tengah keterbatasannya, Sukarsinem berharap bisa membuka usaha sendiri. Ia ingin jualan jajanan keliling namun terkendala modal.

5 dari 5 halaman

Pandemi yang masih berlangsung hingga saat ini memang berangsur-angsur membaik. Nnamun, dampaknya masih sangat terasa bagi masyarakat kalangan bawah seperti pak Sarjono ini.

Oleh karenanya, besar harapan pak Sarjono sekeluarga untuk bisa bernapas lebih lega agar bisa bertahan hidup lebih tenang. Jika kalian ingin membantu pak Sarjono, bisa lewat link berikut ini ya!

donasionline.id/bapaksarjono

Terima kasih orang baik!

Beri Komentar